3 Februari 2025
Tinjauan Syariat Perayaan Isra Miraj

dok.elbalad

JAKARTA — Sebagian muslim merayakan Isra miraj di Bulan Rajab dalam kalender Hijriah. Bagaimana tinjauan Syariat terkait perayaan Isra miraj?

Mengutip Ensiklopedia Amalan Sunnah oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf, Ditinjau dari segi syariat, jika memang benar Isra dan Mi’raj terjadi pada 27 Rajab, bukan berarti waktu tersebut harus dijadikan sebagai malam perayaan dengan pembacaan kisah-kisah palsu berkaitan dengan Isra dan Miraj. Bagi seseorang yang tidak mengikuti hawa nafsunya, tidak akan ragu bahwa hal tersebut termasuk perkara bidah dalam Islam.

Sebab, perayaan tersebut tidaklah dikenal di masa sahabat, tabi’in, dan para pengikut setia mereka. Islam hanya memiliki tiga hari raya; Idul Fitri dan Idul Adha setiap satu tahun, dan hari Jumat setiap satu pekan. Selain tiga ini, tidak termasuk agama Islam secuil pun.

Ibnu al-Hajj berkata, “Termasuk perkara bidah yang diada-adakan oleh orang-orang pada malam 27 Rajab adalah….”

Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh bidah pada malam tersebut, seperti kumpul-kumpul di masjid, ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan), menyalakan lilin dan pelita. Beliau juga menyebutkan, perayaan malam Isra dan Mi’raj termasuk perayaan yang disandarkan kepada agama, padahal bukan darinya.”

Ibnu Nuhas berkata, “Sesungguhnya perayaan malam ini (Isra dan Mi’raj) merupakan kebidahan besar dalam agama yang diada-adakan oleh saudara-saudara setan.”

Muhammad bin Ahmad asy-Syafi’i menegaskan, “Pembacaan kisah Mi’raj dan perayaan malam 27 Rajab merupakan perkara bidah Dan kisah Mi’raj yang disandarkan kepada Ibnu Abbas, seluruhnya merupakan kebatilan dan kesesatan. Tidak ada yang sahih, kecuali beberapa huruf saja.

Demikian pula kisah Ibnu Sulthan, seorang penghambur yang tidak pernah salat kecuali di bulan Rajab saja. Namun tatkala hendak meninggal dunia, terlihat padanya tanda-tanda kebaikan. Sehingga saat Rasulullah ditanya perihalnya, beliau menjawab, ‘Sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan berdoa pada bulan Rajab.’

Semua ini merupakan kedustaan dan kebohongan. Haram hukumnya membacakan dan melariskan riwayatnya, kecuali untuk menjelaskan kedustaannya. Sungguh sangat mengherankan kami, tatkala para jebolan al-Azhar membacakan kisah-kisah palsu seperti ini kepada khalayak. (As-Sunan wal mubtada’at)

Samahatusy Syaikh Abdulaziz bin Baz berkata, “Malam Isra dan Mi’raj tidak diketahui waktu terjadinya. Karena seluruh riwayat tentangnya tidak ada yang sahih menurut pandangan para pakar ilmu hadits. Di sisi Allah-lah hikmah di balik semua ini. Kalaulah memang diketahui waktunya, tetap tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah dan perayaan. Sebab hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya. Seandainya disyariatkan, pastilah Nabi menjelaskannya kepada umat, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan….”

Kemudian beliau berkata, “Dengan penjelasan para ulama beserta dalil-dalil dari Alquran dan hadits di atas, sudah cukup bagi para pencari kebenaran mengingkari bidah malam Isra dan Mi’raj yang memang bukan dari Islam secuil pun. Sungguh amat menyedihkan, bidah ini menyeruak di segala penjuru negeri Islam sehingga diyakini sebagian orang bahwa perayaan tersebut merupakan bagian agama.

Kita berdoa kepada Allah agar memperbaiki keadaan kaum muslimin semuanya dan memberi karunia kepada mereka berupa ilmu agama, taufik serta istiqamah di atas kebenaran. (Majmu al-fatawa)

Baca juga: Kapan Sebenarnya Peristiwa Isra Miraj Terjadi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *