Tasyrik, Hari Mulia dan Bersantap untuk Perkuat Ibadah
JAKARTA — Umat islam di Indonesia telah memasuki hari tasyrik yang jatuh pada 11, 12, 13 Dzulhijjah atau Selasa hingga Kamis (18-20/6/2024). Hari Idul Adha dan Tasyrik termasuk di antara Hari yang Mulia dan bersantap makanan untuk memperkuat ibadah.
Dikutip dari buku Amalan Awal Dzulhijjah hingga Hari Tasyrik oleh Muhammad Abduh Tuasikal, mengenai keutamaan hari Idul Adha dan hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah) disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Daud,
إنَّ أعظمَ الأيامِ عندَ اللهِ -تباركَ وتعالى- يومُ النحرِ ثمَّ يومُ القَّرِّ
“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari tasyrik).” (HR. Abu Daud, no. 1765, dari ‘Abdullah bin Qurth. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hari tasyrik disebut yaumul qorr karena pada saat itu orang yang berhaji berdiam di Mina. Hari tasyrik yang terbaik adalah hari tasyrik yang pertama, kemudian yang berikutnya, dan berikutnya lagi. (Latha’if Al-Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hambali)
Pada kesempatan Hari Tasyrik merupakan hari bersenang-senang menyantap makanan dalam rangka memperkuat ibadah. Hari tasyrik disebut dengan hari makan dan minum, juga berdzikir kepada Allah.
Hal ini pertanda bahwa makan dan minum pada hari raya seperti ini dapat menolong muslim untuk berdzikir dan melakukan ketaatan kepada-Nya. Dengan inilah semakin sempurna rasa syukur terhadap nikmat dapat menolong dalam ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, barang siapa menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat, berarti dia telah kufur pada nikmat.
Maksiat inilah yang nantinya akan menghilangkan nikmat. Sedangkan bersyukur kepada Allah itulah yang akan menghilangkan bencana. (Latha’if Al-Ma’arif)
Begitu pula Nabi ﷺ mengatakan bahwa Idul Adha dan hari tasyrik adalah hari kaum muslimin untuk menikmati makanan. Nabi ﷺ bersabda,
أيام التشريق أيام أكل وشرب
“Hari-hari tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman.” (HR. Muslim, no. 1141, dari Nubaisyah Al-Hudzali).