Target Produksi Kendaraan Listrik 2030 Capai 600.000
JAKARTA — Target produksi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) pada 2030 mencapai 600 ribu unit. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Pemerintah Indonesia telah menetapkan target produksi electric vehicle (EV) pada tahun 2030 sebesar 600.000 unit,” kata Agus dikutip dari laman resmi Kementerian Perindustrian.
Belum lama ini Menperin melakukan kunjungan kerja ke Cina. Hal ini membuka peluang bagi para pelaku industri otomotif asal Negeri Tirai Bambu untuk meningkatkan ekspor kendaraan bermotor berbasis listrik yang diproduksi di Indonesia. Tercatat empat perusahaan yang ditemui Menperin dalam kunjungan tersebut menyambut baik harapan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor, baik melalui penambahan volume maupun negara tujuan ekspor, dari pabrik-pabriknya di Indonesia.
“Perusahaan juga sepakat untuk menjadikan Indonesia sebagai hub basis produksi EV stir kanan, untuk diekspor ke 54 negara pengguna mobil stir kanan,” kata Agus.
Menperin juga mendorong para pelaku industri otomotif asal Cina untuk dapat melibatkan produsen komponen dalam negeri dari hulu ke hilir sehingga mewujudkan seluruh mata rantai produksi berada di Indonesia. Untuk itu, Menperin mendukung perusahaan otomotif asal Cina agar memanfaatkan insentif yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia dalam berinvestasi.
Pada Mei 2024 PT Neta Auto Manufacturing Indonesia telah memproduksi Neta V-II dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40 persen dan berencana untuk meningkatkan TKDN sampai dengan 60 persen pada 2025 dengan target penjualan sebesar 10.000 unit per tahun.
Pada pertemuan dengan SAIC GM Wuling Automobile Company, Menperin mengapresiasi kinerja perusahaan tersebut yang telah mampu mengekspor produk kendaraan listriknya ke 11 negara dan menjadikan Indonesia sebagai fasilitas produksi industri otomotif terbesar di luar Cina. “Pemerintah Indonesia mengharapkan agar Wuling dapat menjajaki peningkatan pasar ekspor terutama untuk produk EV agar semakin menegaskan target Indonesia sebagai basis produk EV di ASEAN dan dunia,” kata Agus.
Selanjutnya, pada pertemuan dengan Cherry Automobile, mereka berencana untuk melakukan riset produksi mobil PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) di Indonesia. Berkaca pada pasar di negeri asalnya, jumlah penjualan mobil PHEV lebih popular, karena persoalan terkait ketersediaan dapat diselesaikan. Pembakaran bahan bakar pada mobil PHEV juga jauh lebih ekonomis dari mobil HEV (hybrid electric vehicle). Cherry juga telah menyampaikan komitmennya untuk memproduksi kendaraan EV dengan total 100 ribu unit pada t2030.
Pemerintah Indonesia juga menyampaikan apresiasi kepada Sokonindo yang telah meluncurkan produk kendaraan listrik di Indonesia dan mengharapkan untuk dapat memperbanyak line up produksi kendaraan listrik dengan membawa model EV dari principal ke Indonesia. “Kami juga mendorong kepada semua perusahaan asal Tiongkok untuk ambil bagian dalam pengembangan kendaraan elektrifikasi dan mendukung ekosistem EV di Indonesia. Negara ini merupakan pasar yang potensial bagi empat perusahaan tersebut, dan peluang menjadikan Indonesia sebagai hub produksi dan ekspor EV terbuka lebar,” paparnya.