13 Maret 2025

Ramadan Warga Gaza di Tengah Puing Reruntuhan

0
Ramadan Warga Gaza di Tengah Puing Reruntuhan

Ramadan di Gaza, Palestina usai dilanda perang genosida Israel dok.anadoluagency

GAZA — Setelah hampir 16 bulan dilanda peperangan tanpa henti, warga Gaza kini tetap berusaha bangkit menjalani kehidupannya memasuki bulan suci Ramadan. Masyarakat daerah kantong tersebut tengah mengalami berbagai krisis melanda usai serangan zionis Israel.

Bulan yang dulunya dipenuhi dengan kegembiraan dan spiritualitas kini dibayangi oleh rasa lapar, dingin, dan duka. Ribuan keluarga telah mengungsi, terpaksa tinggal di tenda-tenda darurat dengan sedikit atau tanpa kebutuhan dasar usai serangan Israel menghancurkan rumah-rumah mereka hingga menjadi puing-puing.

Meskipun terjadi kerusakan, warga Palestina di Gaza berupaya melestarikan tradisi Ramadan mereka. Di antara reruntuhan, terdapat lentera digantung, dan mural warna-warni dilukis di dinding yang hancur, sebagai upaya untuk menghadirkan secercah harapan pada kenyataan yang suram.

“Kami menciptakan kehidupan dari warna-warna,” kata seorang pemuda melansir Anadolu Agency.

“Kami adalah orang-orang yang mencintai kehidupan. Kami menyambut Ramadan dengan harapan akan membawa kedamaian dan keamanan,” lanjutnya.

Adapun lebih dari 1,5 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi secara paksa, karena kerusakan yang meluas akibat serangan Israel. Sebelum perang, jalan-jalan di Gaza akan menjadi ramai dengan azan yang menandai datangnya Ramadan, pasar-pasar dihiasi dengan lampu-lampu perayaan, dan anak-anak melantunkan ayat-ayat Alquran.

Sekarang, tradisi-tradisi yang dijunjung tinggi itu hanya tinggal kenangan. Suara azan tenggelam oleh jeritan orang-orang yang terluka, dan pasar-pasar yang tadinya ramai telah digantikan oleh tumpukan puing.

Sementara Di Khan Younis, di Gaza selatan, seorang pria Palestina berdiri di kiosnya yang menjual Qatayef. Adalah kue tradisional Ramadan yang menjadi makanan pokok di setiap meja saat buka puasa.

“Suasana tahun ini adalah yang tersulit yang pernah kami alami. Tidak ada kegembiraan, tidak ada perayaan. Pada tahun-tahun sebelumnya, genderang bergema di jalan-jalan, dekorasi digantung, dan kebahagiaan memenuhi udara. Namun hari ini, semuanya berbeda,” ucapnya.

“Ini adalah tahun tersulit yang pernah kami lalui. Orang-orang telah keluar dari bawah reruntuhan rumah mereka yang hancur, berduka atas kehilangan orang yang mereka cintai. Semua orang berduka,” lanjutnya.

Setiap bagian Gaza menceritakan kisah kehancuran. Lingkungan yang dulunya berkembang pesat kini telah hancur menjadi puing-puing, penduduknya terbunuh, mengungsi, atau berjuang untuk bertahan hidup.

Namun, terlepas dari semua itu, warga Palestina tetap bertekad untuk menjalankan ibadah Ramadan. Salat tarawih akan diadakan di tengah reruntuhan, dan doa akan dipanjatkan dari sisa-sisa masjid yang hancur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *