Pembangunan Kembali Jalur Gaza Capai Rp 868 triliun

Warga Gaza mulai membersihkan kembali rumahnya dok.thenational
WASHINGTON — Laporan gabungan oleh Bank Dunia, PBB, dan Uni Eropa memperkirakan bahwa pembangunan kembali Jalur Gaza akan membutuhkan 53,2 miliar dolar (Rp 868 triliun) selama dekade berikutnya. Laporan berjudul Interim Rapid Damage and Needs Assessment (IRDNA), menyoroti dampak ekonomi yang parah akibat perang genosida Israel.
“Kerusakan pada bangunan fisik saja diperkirakan sekitar 30 miliar dolar (Rp 489 triliun),” sebut laporan tersebut dilansir Anadolu Agency.
Laporan tersebut merinci kerusakan yang meluas di hampir semua sektor ekonomi Palestina, bersamaan dengan kebutuhan mendesak untuk pemulihan dan rekonstruksi. Perumahan sejauh ini merupakan sektor yang paling terpukul, mencakup 53 persen dari total kerusakan, diikuti oleh perdagangan dan industri sebesar 20 persen.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa kerugian ekonomi akibat berkurangnya produktivitas, hilangnya pendapatan, dan biaya operasional diperkirakan mencapai 19 miliar dolar. Di samping itu sektor kesehatan, pendidikan, dan perdagangan menanggung beban terbesar.
Baca juga: Menentang Usulan Trump, Ini Rencana Mesir untuk Gaza
Menurut laporan tersebut, hampir semua aktivitas ekonomi di Gaza telah berhenti. Hal ini menyebabkan harga melonjak lebih dari 300 persen dalam satu tahun, dengan harga pangan saja melonjak hingga 450 persen.
Adapun perjanjian gencatan senjata antara fraksi perlawanan Israel dan Palestina mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari. Hal ini menghentikan perang genosida Israel, yang telah menyebabkan hampir 48.300 warga Palestina meninggal, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Baca juga: Trump Berkomitmen Memiliki dan Membeli Gaza