Menteri Israel Minta 5.000 Sel Penjara Tambahan untuk Tahanan Palestina
TEL AVIV — Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan kanan jauh Itamar Ben-Gvir telah meminta anggaran khusus untuk membangun 5.000 sel penjara tambahan di tengah meningkatnya jumlah warga Palestina di tahanan Israel. Hal ini dilaporkan media lokal Yedioth Ahronoth pada Kamis (12/9/2024).
Melansir laman Anadolu Agency, Berbicara dalam sebuah pertemuan di kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Rabu (11/9/2024), Ben-Gvir mengusulkan pembangunan 5.000 sel penjara. Adalah sebuah proyek yang menurut dia akan membutuhkan anggaran khusus.
Namun usulan untuk pendanaan baru ditentang oleh Menteri Keuangan yang berhaluan kanan jauh Bezalel Smotrich dengan kedua menteri saling berteriak.
Menteri keuangan menuntut Ben-Gvir untuk terlebih dahulu memanfaatkan dana yang belum terpakai dari kementeriannya sebelum meminta uang tambahan. Ben-Gvir menanggapi dengan menyatakan bahwa kementeriannya telah membangun sel penjara dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ketika kedua menteri ekstremis itu terus berselisih secara verbal, Netanyahu meminta mereka untuk mencari solusi untuk membangun 470 sel penjara baru dengan biaya 40 juta shekel (10,4 juta dolar Amerika Serikat).
Adapun menurut angka Palestina, semenjak 7 Oktober 2023 tentara Israel telah menahan lebih dari 10.000 warga Palestina semenjak dimulainya serangan brutalnya di Jalur Gaza. Peristiwa serangan telah menewaskan lebih dari 41.100 orang.
Di samping itu sebanyak 14 orang wafat dan beberapa lainnya cedera dalam pengeboman Israel terhadap sekolah yang dikelola PBB yang menampung warga sipil terlantar di Jalur Gaza tengah pada Rabu (11/9/2024).
Beberapa anggota staf badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) termasuk di antara yang wafat. Layanan Pertahanan Sipil mengatakan beberapa anak-anak dan wanita termasuk di antara korban dalam serangan yang menargetkan Sekolah Al-Jaouni di Kamp Pengungsi Nuseirat. Serangan itu merupakan kelima yang dilancarkan oleh tentara Israel terhadap sekolah serupa semenjak 7 Oktober 2023 di tengah serangan gencarnya yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Menurut otoritas setempat, sekolah itu menampung lebih dari 5.000 warga sipil terlantar di Gaza.