Mengapa al-Haram Terpilih Menjadi Belahan Bumi Terbaik?
JAKARTA — Dalam bumi yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan, terdapat tempat paling terbaik di dalamnya. Adalah al-Haram yang menjadi belahan bumi terbaik di antara luasnya dunia ini.
Mengutip Keutamaan Negeri al-Haram oleh Prof. DR. Mahmud al-Dausary terkait belahan bumi terbaik disebutkan, dalam dunia manusia, sudah menjadi kebiasaan manusia bahwa jika mereka mempunyai sesuatu yang berharga dan bernilai, lalu mereka ingin menjaganya, maka mereka akan memilih kotak yang paling baik dan paling bisa menjaganya.
Setelah itu, mereka akan memilih tempat yang terbaik dan teraman untuk menjaga dan melindunginya. Mereka akan melakukan upaya penjagaan yang tidak biasa mereka lakukan terhadap benda yang lain. Ini adalah kenyataan yang biasa kita lakukan dan dapat disaksikan dari orang lain di sekeliling kita.
Lalu bagaimana pula dengan sebuah rumah yang dinisbatkan Allah Ta’ala kepada Diri-Nya yang Mahamulia, serta dijadikanNya sebagai sumber berkah dan petunjuk bagi alam semesta, dan diberikan keistimewaan dengan meletakkan dua batu yang berasal dari surga: al-Hajar al-Aswad dan Maqam Ibrahim, kemudian dijadikan olehNya sebagai kiblat untuk hamba-hambaNya yang beriman dalam salat, serta ditetapkannya sebagai tujuan utama salah satu syiar ibadah yang terbesar: ibadah Haji.
Dengan demikian, untuk menyempurnakan pemuliaan dan pengagungan tersebut, maka sepatutnya untuk itu dipilih tempat yang paling utama di bumi ini untuk dijadikan sebagai tempat rumah mulia itu dibangun, sudah seharusnya dipilih negeri paling mulia, dan itulah Mekkah al-Mukarramah.
Itulah sebabnya, maka ia menjadi negeri yang paling mulia dan terhormat, karena ia meliputi Baitullah al-Haram. Sebab itulah, Makkah Negeri al-Haram itupun menjadi belahan bumi yang terbaik dan paling dicintai oleh Allah Ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Terkait itu, terdapat beberapa haditsnya, antara lain:
- Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mekkah:
مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
“Betapa baiknya engkau sebagai negeri dan betapa aku sangat mencintaimu, andai saja kaumku tidak mengusirku darimu maka aku tidak akan tinggal di tempat lain selainmu.” (HR. At-Tirmidzi)i
- Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika keluar meninggalkan Mekkah menuju gua (Tsur), lalu beliau terlihat menoleh kea rah Mekkah dan berkata:
“Engkau adalah negeri Allah yang paling dicintai oleh Allah, dan engkau adalah negeri Allah yang paling aku cintai. Andai saja kaum musyrikin tidak mengusirku, maka akau tidak akan keluar meninggalkanmu.” (HR. Al-Thabary)