Memohon Berbagai Macam Perlindungan, Bacaan Dzikir Pagi-Petang

0

Bacaan Dzikir Pagi-Petang

JAKARTA — Bacaan dzikir pagi-petang begitu beragam bacaannya, salah satunya memohon berbagai macam perlindungan dari keburukan. Bacaan dzikir ini diawali dengan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berikut dzikir pagi-petang yang memohon perlindungan, doa berikut ini setiap pagi satu kali dan setiap petang satu kali:

“اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ”

Allahumma ‘aalimal ghoybi wasysyahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurrohu ilaa muslim.

“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib dan yang nyata. Wahai Pencipta langit dan bumi. Rabb segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, kejahatan setan dan ajakannya untuk berbuat syirik. (Aku berlindung kepada-Mu) dari perbuatan jahat terhadap diriku sendiri atau kepada muslim lain ”.

Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA menjelaskan dalam keterangan tertulisnya, dalil Landasan dziki ini yakni,

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan, bahwa Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah padaku sesuatu yang bisa secara rutin kubaca setiap pagi dan sore hari!”. Beliau menjawab, “Bacalah (doa tersebut di atas)”. Lalu beliau melanjutkan, “Bacalah doa tersebut di pagi, sore dan saat engkau akan tidur”. HR. Bukhari dalam kitab Khalq Af’al al-‘Ibad. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh at-Tirmidziy dan al-Albaniy.

Ustadz Abdullah mengatakan renungan kandungannya, Doa ini dibuka dengan berbagai macam pujian kepada Allah ta’ala. Pujian tentang kemahaluasan ilmu-Nya, kebesaran ciptaan-Nya, serta kekuasaan-Nya yang mutlak.

“Begitulah seharusnya etika kita dalam berdoa. Mengawali doa dengan tawassul. Bertawassul dengan pujian kepada Allah ta’ala. Juga bertawassul dengan menyebutkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Kita mengawali doa ini dengan menyatakan kemahaluasan ilmu Allah. Di mana ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Kejadian di masa lampau, saat ini, maupun di masa yang akan datang,” papar Ustadz Abdullah.

“Lalu kita mengakui kekuatan Allah dalam menciptakan alam semesta ini. Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi. Padahal sebelumnya tidak ada contoh yang serupa dengan ciptaan tersebut. Kemudian kita menyatakan kekuasaan Allah yang mutlak. Di mana Dialah Rabb segala sesuatu. Sang Pencipta, Pemilik dan Pengatur segala sesuatu. Juga Raja yang menguasai segala sesuatu,” lanjut Ustadz Abdullah.

Ustadz melanjutkan, kemudian muslim menyatakan syahadat. Pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali hanya Allah ta’ala. Setelah diawali dengan puja-puji kepada Allah, barulah muslim memulai untuk meminta. Permintaan itu berupa:

Pertama: muslim memohon perlindungan dari keburukan diri sendiri. Sebab jiwa seseorang berpotensi untuk mengajak kepada kejahatan dan memunculkan hawa nafsu yang liar.

Kedua: muslim memohon perlindungan dari godaan setan, bisikannya serta jeratannya. Perangkap terbesar setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan. Dosa terparah. Dosa yang tidak akan diampuni Allah ta’ala.

Ketiga: muslim memohon perlindungan dari perbuatan jahat. Entah berbuat jahat kepada diri sendiri atau kepada orang lain.

“Contoh perbuatan jahat kepada diri sendiri adalah maksiat. Sebab, sejatinya maksiat itu menyiksa diri. Di dunia mengakibatkan hati tidak tenang. Sedangkan di akhirat mengakibatkan terancam siksa neraka. Adapun perbuatan jahat kepada orang lain, contohnya adalah kezaliman. Entah kezaliman dengan lisan maupun perbuatan,” ucap Abdullah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *