12 Maret 2025

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental

0
Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental

Ilustrasi Puasa Ramadan dok.istock

JAKARTA — Puasa dikenal karena manfaatnya bagi kesehatan fisik. Akan tetapi para ahli menyatakan terkait manfaat puasa juga memberikan dampak positif bagi kesejahteraan mental dan emosional.

Psikolog dan profesional medis sepakat bahwa jika dilakukan secara bertanggung jawab selama Ramadan, puasa dapat meningkatkan disiplin diri dan memperbaiki suasana hati.

“Praktik menahan diri untuk tidak makan dan minum membangun ketabahan mental dan dapat membantu individu menahan godaan dan gangguan dalam rutinitas harian mereka,” kata konsultan psikiater di Rumah Sakit Burjeel di Abu Dhabi, Dr Nada Omer Mohamed Elbashir, melansir laman The National.

Selain disiplin diri, manfaat puasa juga dikaitkan dengan peningkatan suasana hati. Banyak orang melaporkan merasakan kejernihan dan peningkatan emosi saat berpuasa.

“Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan hormonal, seperti peningkatan kadar endorfin, serta manfaat psikologis dari pencapaian tujuan dan latihan kesadaran,” kata Dr. Elbashir.

Di samping itu, berpuasa juga mendorong kesadaran dan refleksi. Hal ini memungkinkan orang untuk memperlambat langkah, berlatih rasa syukur, dan meningkatkan pengaturan emosi.

Konsultan psikiater di Burjeel Medical City di Abu Dhabi, Dr Mahmoud Negm mengatakan, puasa dapat meningkatkan fungsi kognitif dengan mendorong neuroplastisitas dan neurogenesis.

“Penurunan kadar glukosa dan peningkatan keton, yang berfungsi sebagai sumber energi alternatif bagi otak dapat membantu meningkatkan fokus, kewaspadaan, dan kejernihan mental,” kata dia.

Selain itu, Puasa juga dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan dengan memodulasi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang memainkan peran penting dalam respons stres tubuh.

“Stres ringan yang dibantu oleh puasa dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres psikologis, mirip dengan bagaimana olahraga memperkuat otot,” kata Dr Negm.

Sementara Puasa intermiten disebut terbukti terkait dengan kadar kortisol yang lebih rendah dan peningkatan regulasi stres pada peserta. Perbaikan suasana hati yang terkait dengan puasa sebagian besar dikaitkan dengan efeknya pada neurotransmiter seperti serotonin dan dopami. Ini berkontribusi pada perasaan sejahtera dan adanya euforia.

Dr. Negm mengungkapkan, faktanya, partisipan dalam sebuah studi tentang efek tidak makan dalam jangka waktu lama melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi, dan berkurangnya gejala depresi setelah melakukan puasa intermiten.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *