Kisah Haru Warga Palestina Tunaikan Haji Usai Melalui Perang

0

Jamaah Haji 2024 di Makkah dok.thenational

MAKKAH — Seorang supir ambulans di Kementerian Kesehatan Palestina, Aouni Abdul Hamid berkesempatan untuk menunaikan rukun Islam yang kelima pada 1445 Hijriah. Beliau telah melalui banyak hal sebelum menginjakkan kaki di Tanah Suci.

“Saya tidak dapat mempercayai mata saya ketika melihat menara Masjidil Haram. Saya lolos dari kematian ribuan kali,” kata Abdul Hamid melansir laman thenational. 

Ungkapan haru itu dia lontarkan saat tiba di Makkah untuk menunaikan ibadah haji tahunan. Dia telah melarikan diri dari Gaza dan kehilangan seluruh keluarganya dalam perang.

Abdul Hamid menghabiskan 60 hari pertama perang untuk mengangkut korban luka, mendengarkan tangisan penderitaan, mengobati luka dan berusaha meringankan rasa sakit mereka.

“Saya telah mengangkut ratusan orang yang terluka, namun saya tidak dapat mengantar anak-anak dan keluarga saya sendiri ke rumah sakit. Saya sampai di rumah saya setelah dibom hanya untuk menemukannya dalam reruntuhan. Seluruh keluarga saya menjadi syuhada,” kata dia.

Aouni Abdul Hamid

Di samping itu, penginapan Abdul Hamid berada di lingkungan Ray Bakhsh. Itu menghadap ke Masjidil Haram. Abdul Hamid mengatakan, dia tidak dapat mempercayai matanya ketika melihat menara tersebut.

“Setelah rumah saya dibom dan seluruh keluarga saya menjadi syuhada, saya ditangkap dan dipenjara selama tiga bulan. Karena penyiksaan yang saya alami, mereka harus mengamputasi tiga jari kaki saya,” kata Abdul Hamid.

“Dengan pertolongan Tuhan, saya dibebaskan dari penjara, dan saya menjalani dua operasi pada kaki saya. Hari ini saya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan saya kesempatan untuk menunaikan perjalanan haji ke rumah suci-Nya,” lanjutnya.

Adapun Abdul Hamid merupakan salah satu dari 1.000 anggota keluarga warga Palestina yang terbunuh atau terluka di Gaza. Mereka diundang ke Arab Saudi oleh Raja Salman untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. Berdasarkan inisiatif ini, 2.000 jamaah akan tiba dari Palestina.

Di samping itu, warga Palestina lainnya, Abdullah Hassan berjalan tegap dan bangga menuju hotel yang menampung jamaah haji dari Gaza. Perang tersebut merenggut kedua orang tuanya, kakak laki-lakinya, tiga anaknya, dua saudara perempuannya, dan seluruh keponakannya.

“Kami berterima kasih kepada kepemimpinan dan masyarakat Arab Saudi atas inisiatif murah hati untuk meringankan penderitaan kami dengan mengundang kami dalam perjalanan haji ini. Mungkin ini bisa membantu kita menemukan hiburan,” kata dia.

Abdullah Hasan

Di antara para jamaah juga terdapat warga Palestina lainnya, Harbi Al Suwaikiri yang sedang mengelilingi lobi hotel dengan kursi rodanya. Wajah Al Suwaikiri berseri-seri dengan gembira.

“Saya menghabiskan 10 tahun di penjara. Mereka telah menjatuhkan hukuman 800 tahun penjara kepada saya karena saya adalah seorang jenderal di Otoritas Palestina. Saya tidak pernah membayangkan akan berada di sini, di kota suci Makkah, mengenakan pakaian ihram untuk menunaikan ibadah haji,” kata Al Suwaikiri.

“Tetapi Tuhan Maha Kuasa. Saya dibebaskan saat krisis baru-baru ini, namun saya menjadi korban pemboman, dan kaki saya diamputasi dari lutut ke bawah. Namun penderitaanku terobati ketika saya diundang oleh Penjaga Dua Masjid Suci untuk menunaikan ibadah haji di Makkah. Semua penderitaan saya telah mereda, dan saya akan kembali ke Gaza dengan tekad dan ketetapan yang lebih besar karena segala sesuatu mungkin terjadi jika seseorang memiliki harapan,” lanjut dia.

Harbi Al Suwaikiri

Jutaan umat Islam berbondong-bondong ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sementara pada tahun ini terjadi di bawah bayang-bayang perang Gaza.

Salah satu pertemuan keagamaan tahunan terbesar di dunia secara resmi dimulai pada Jumat (14/6/2024), dan para pejabat Saudi berusaha untuk tetap fokus pada ibadah. Sementara Menteri Haji dan Umrah Saudi Tawfiq Al Rabiah pekan lalu memperingatkan bahwa tidak ada aktivitas politik yang akan ditoleransi.

Menurut angka resmi Israel, Perang Gaza yang paling berdarah terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Tentara Israel kemudian melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 37.200 warga Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, mayoritas dari mereka adalah warga sipil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *