Bukit Arafah

JAKARTA — Muslim yang tidak menjalankan ibadah haji, dianjurkan untuk melakukan puasa Arafah. Puasa ini dilakukan pada 9 Dzulhijjah dan dapat menghapuskan dosa selama dua tahun.

Ustadz Abu Ubaidah Yusuf menjelaskan, dari Abu Qotadah bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

“Puasa arafah menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.” (Muslim: 1662)

“Hadits ini menunjukkan kepada kita anjuran dan keutamaan puasa Arafah. Subnallah, Alangkah luasnya rahmat Allah, dengan amalan yang sangat ringan yaitu puasa sehari, namun pahalanya begitu besar. Bayangkan, hanya puasa satu hari, tapi keutamaannya bisa menghapus 730 hari yaitu dua tahun,” kata Ustadz Abu Ubaidah.

Untuk itu dianjurkan melatih keluarga puasa Arafah juga.

قال الإمام التابعي – سعيد بن جبير – رحمه الله تعالى (٩٥هــ) :《 أيقظوا خدمكم يتسحرون لصوم يوم عرفة |[ حلية الأولياء (٢٨۱/٤) ]|

Berkata imam tabi’in Said bin Jubair رحمه الله: “Bangunkanlah pelayan-pelayan kalian untuk sahur puasa hari Arafah”. (Hilyatul Auliya 14/281)

“Dan ini merupakan keadilan Allah kepada para hambanya. Jika saudara-saudara kita yang berangkat haji bisa melakukan wukuf di Arafah dan doa mereka mustajab, maka Allah mensyariatkan puasa Arafah bagi mereka yang tidak haji karena doa orang berpuasa juga mustajab,” kata Ustadz Abu Ubaidah.

“Berbahagialah orang-orang yang melaksanakannya dan merugilah orang-orang yang melalaikannya. Bukankah kita adalah hamba yang sangat membutuhkan ampunan,” lanjut Ustadz.

Ustadz Abu Ubaidah mengungkapkan, alangkah indahnya ucapan Al-Hafizh Ibnu Rojab al-Hanbali tatkala mengatakan dengan sedikit ringkasan:

مَنْ فَاتَهُ فِيْ هَذَا الْعَامِ الْقِيَامُ بِعَرَفَةَ, فَلْيَقُمْ لِلَّهِ بِحَقِّهِ الَّذِيْ عَرَفَهُ. وَمَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى نَحْرِ هَدْيِهِ بِمِنَى, فَلْيَذْبَحْ هَوَاهُ هُنَا وَقَدْ بَلَغَ الْمُنَى. وَمَنْ لَمْ يَصِلْ إِلَى الْبَيْتِ لِأَنَّهُ مِنْهُ بَعِيْدٌ, فَلْيَقْصِدْ رَبَّ الْبَيْتِ فَإِنَّهُ أَقْرَبُ إِلَى مَنْ دَعَاهُ وَرَجَاهُ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ

“Barangsiapa yang tidak wukuf di Arofah tahun ini, maka hendaknya dia melaksanakan hak Allah yang dia ketahui. Barangsiapa yang tidak mampu menyembelih di Mina, maka hendaknya dia menyembelih hawa nafsunya sehingga mencapai tujuan. Barangsiapa yang tidak bisa berangkat ke rumah suci (Ka’bah) karena jauhnya jarak, maka hendaknya dia berangkat menuju Allah (masjid) karena Allah sangatlah dekat dengan hamba yang berdoa dan berharap kepadaNya daripada urat nadi”.(Lahoiful Ma’arif).

Mengapa puasa Arafah menghapus dosa-dosa dua tahun, sedangkan puasa Asyuro hanya mengahapus dosa-dosa setahun? Imam Ibnul Qoyyim menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:

1. Karena hari Arafah jatuh pada bulan haram (Dzulhijjah), sebelumnya bulan haram (Dzulqadah) dan sesudahnya bulan haram (Muharram), lain halnya dengan Asyuro (sesudahnya bulan Shofar yang bukan merupakan bulan haram).

2. Puasa Arafah termasuk kekhususan umat Islam, berbeda dengan Asyuro. Allah melipatgandakan pahala Arofah dengan berkah Nabi Muhammad. (Bada’iul Fawaid 4/1667, tahqiq Ali bin Muhammad al-‘Imron).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *