dok.thenational

MAKKAH — Pada 9 Dzulhijjah 1445 Hijriah memasuki momen bagi para jamaah untuk menjalankan rukun haji yang penting yakni wukuf di Arafah. Jutaan ​​​​Muslim dari berbagai belahan dunia berkumpul pada Sabtu (15/6/2024) di Arafah, selatan Makkah.

“Meskipun panas terik, kami merasa sangat diberkati telah mencapai titik ini dalam hidup kami,” kata salah seorang jamaah Khalifa Al Hammadi, dilansir dari laman thenational.

“Rasanya kita sudah menjalani seluruh hidup kita untuk mencapai titik ini dan yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa mohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa,” lanjut dia.

Sebelumnya para jamaah yang akan wukuf di Arafah berjalan dari kota tenda Mina. Bukit Arafah menjadi tempat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan khutbah terakhirnya sekitar 1.400 tahun yang lalu. Beliau shallallahu alaihi wa sallam menyerukan kesetaraan dan persatuan di kalangan umat Islam.

Momen wukuf di Arafah menjadi kenangan paling berkesan bagi para jamaah. Mereka berdiri bahu-membahu, saling berhadapan, memohon belas kasihan, keberkahan, kemakmuran, dan kesehatan yang baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Gunung ini terletak sekitar 20 kilometer tenggara Makkah.

Di samping itu, warga Palestina juga diundang untuk menunaikan haji ke Baitullah. Mereka diundang ke Arab Saudi oleh Raja Salman. Berdasarkan inisiatif ini, 2.000 jamaah tiba dari Palestina.

Seorang supir ambulans di Kementerian Kesehatan Palestina, Aouni Abdul Hamid berkesempatan untuk menunaikan rukun Islam yang kelima pada 1445 Hijriah. Beliau telah melalui banyak hal sebelum menginjakkan kaki di Tanah Suci.

“Saya tidak dapat mempercayai mata saya ketika melihat menara Masjidil Haram. Saya lolos dari kematian ribuan kali,” kata Abdul Hamid.

Ungkapan haru itu dia lontarkan saat tiba di Makkah untuk menunaikan ibadah haji tahunan. Dia telah melarikan diri dari Gaza dan kehilangan seluruh keluarganya dalam perang.

Abdul Hamid menghabiskan 60 hari pertama perang untuk mengangkut korban luka, mendengarkan tangisan penderitaan, mengobati luka dan berusaha meringankan rasa sakit mereka.

“Saya telah mengangkut ratusan orang yang terluka, namun saya tidak dapat mengantar anak-anak dan keluarga saya sendiri ke rumah sakit. Saya sampai di rumah saya setelah dibom hanya untuk menemukannya dalam reruntuhan. Seluruh keluarga saya menjadi syuhada,” kata dia.

Di samping itu, penginapan Abdul Hamid berada di lingkungan Ray Bakhsh. Itu menghadap ke Masjidil Haram. Abdul Hamid mengatakan, dia tidak dapat mempercayai matanya ketika melihat menara tersebut.

Adapun pihak berwenang Saudi memperkirakan jumlah jamaah haji tahun ini akan melebihi dua juta. Hal itu mendekati jumlah sebelum pandemi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *