Ini Doa Memohon Takwa
JAKARTA — Terdapat doa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam berisikan empat permohonan, yakni petunjuk, ketakwaan, perlindungan dari yang haram dan kerelaan hati. Doa ini dibaca oleh Nabi Muhammad ﷺ mengandung permintaan empat hal yang menunjukkan kemuliaannya.
Dikutip dari buku Syarah Doa-Doa Pilihan Terbaik oleh Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al-Badr dengan penerjemah Muhammad Afif Naufaldi bin Ali, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasa berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِي أَسْأَلُكَ الهُدَى، وَالتُّقَى، وَالعَفَافَ، والغِنَى
“Allaahumma innii as-alukal hudaa wa-t tuqaa wa-l ‘afaafa wa-l ghinaa.”
(Ya Allah! Aku memohon kepadaMu petunjuk (al-huda), ketakwaan (at-tuqaa), perlindungan dari hal-hal yang diharamkan (al-`afaaf), serta kerelaan hati akan pemberian Allah (al-ghinaa) (HR. Muslim)
Ini adalah doa agung yang cakupannya amatlah luas, mencakup empat tujuan agung, yaitu:
- Petunjuk (al-hudaa)
- Ketakwaan (at-tuqaa)
- Perlindungan dari hal-hal yang diharamkan (al-`afaaf)
- Kerelaan hati akan pemberian Allah (al-ghinaa)
Fakta bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengumpulkan empat tujuan ini dalam satu doa menunjukkan kemuliaannya serta urgensi ketergantungan
hati yang sempurna kepada Allah جل جلاله dalam memintanya pada segala keadaan.
Petunjuk bermakna hidayah untuk setiap kemaslahatan si hamba, baik terkait kehidupan agama maupun duniawinya.
Ketakwaan bermakna jauhnya seseorang dari segala yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah, baik berupa kesyirikan, kemaksiatan, ataupun akhlak tercela.
Al-afaaf dalam riwayat lain disebutkan al-iffah- bermakna kesucian dari segala sesuatu yang tidak dihalalkan dan tidak diperbolehkan.
Al-ghinaa bermakna jiwa yang kaya dan senantiasa merasa cukup dengan pemberian Allah جل جلاله.
Hadits ini mengumpulkan seluruh kebaikan dunia dan Akhirat.
Barang siapa telah dikaruniai oleh Allah al-hudaa, at-tuqaa, al-`afaaf, dan al-ghinaa, niscaya ia akan meraih kebaikan di dunia dan Akhirat.
Ath-Thibi Rahimahullah mengatakan:
“Al-hudaa (petunjuk) dan at-tuqaa (penjagaan) disebutkan
secara mutlak, agar ia mencakup segala hal yang membutuhkan petunjuk, baik dalam urusan dunia, keagamaan, dan akhlak, juga mencakup segala hal yang membutuhkan penjagaan darinya, seperti kesyirikan, kemaksiatan, dan akhlak yang buruk. Dan permintaan al-`afaaf dan al-ghinaa setelah keduanya adalah pengkhususan dari keumuman di awal doa ini.”
Adapun doa merupakan bentuk ibadah. Allah ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: “Rabb kalian berkata, “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kukabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong (enggan) beribadah kepada-Ku, niscaya mereka akan masuk ke dalam neraka dengan hina dina”. (QS. Ghafir ayat 60)