Ini Dampak Gerakan Boikot di Malaysia
KUALA LUMPUR — Gerakan boikot, khususnya terhadap bisnis makanan dan minuman (F&B) yang diduga memiliki hubungan dengan Israel, tidak terlalu berdampak langsung terhadap perekonomian nasional Malaysia. Akan tetapi berdampak pada sektor lapangan kerja.
“Meski gerakan boikot masih terus berlanjut, Malaysia tetap mencatat pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan, yakni sebesar 4,2 persen pada kuartal pertama tahun 2024, didukung oleh ketahanan kegiatan ekonomi dalam negeri,” sebut Kementerian Perekonomian Malaysia dilansir dari laman Malay Mail.
Kementerian Perekonomian menyebutkan hal ini disebabkan karena kontribusi subsektor F&B terhadap Produk Domestik Bruto kecil, yakni sebesar 2,3 persen pada m 2023 dan 2,4 persen pada triwulan pertama 2024.
Adanya gerakan boikot, kecenderungan konsumen beralih ke produk usaha bermerek lokal juga menyeimbangkan dampaknya sehingga semakin meningkatkan aktivitas perekonomian dalam negeri.
Kendati demikian kementerian mengatakan ada peningkatan jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan berdasarkan Laporan Sistem Asuransi Ketenagakerjaan oleh Organisasi Jaminan Sosial (Socso). Pada periode Januari hingga Mei 2024, sebanyak 22.315 pekerja kehilangan pekerjaan dibandingkan 18.026 pekerja pada periode yang sama 2023, atau meningkat sebesar 23,8 persen.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.091 orang pekerja atau 4,9 persen merupakan pekerja di sektor kegiatan akomodasi dan jasa makanan. Kementerian mengatakan total 583 pekerja atau 50,7 persen dari kehilangan pekerjaan yang dilaporkan disebabkan oleh penutupan usaha dan perampingan.
“Data kehilangan pekerjaan ini bersifat umum dan tidak melulu pada sektor makanan dan minuman,” sebutnya.