Ini Cara Tawassul yang Dibenarkan dalam Syariat
JAKARTA — Muslim dapat melakukan tawassul dalam rangka agar doa yang dipanjatkan dapat dikabulkan. Bagaimana cara melakukan tawassul yang sesuai dengan syariat?
“Cara tawassul yang benar yang dicontohkan dalam Alquran dan Sunnah. Pertama, Bertawassul dengan menyebut asma’ul husna dan sifat-sifat Allah, yang sesuai dengan hajatnya ketika berdo’a. Sebagaimana diperintahkan Allah dalam surat Al-A’raf ayat 180,” kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA dalam pesannya.
Ustadz Abdullah melanjutkan kedua, bertawassul dengan amal shalih. Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits sahih yang mengisahkan tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalih mereka. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya berupa menjaga hak buruh. Orang kedua bertawassul dengan kebaktian kepada kedua orang tuanya.
Sedangkan orang ketiga bertawassul dengan rasa takutnya kepada Allah ta’ala, sehingga membatalkan perbuatan zina yang hendak dia lakukan. Akhirnya Allah ta’ala membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghalanginya, hingga mereka bertiga pun akhirnya bisa keluar dengan selamat. (HR. Muslim).
Adapun tawassul adalah menggunakan wasilah (sarana) agar doa atau ibadah bisa lebih diterima dan dikabulkan, muslim dapat melakukan tawassul menggunakan wasilah atau sarana. Sementara cara tawassul yang benar yakni yang dicontohkan dalam Alquran dan Sunnah.
Sementara Wasilah secara bahasa berarti segala hal yang dapat mendekatkan kepada sesuatu. (Ash-Shihâh V/1841).
Sedang menurut istilah syariat, wasilah yang diperintahkan dalam Alquran adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah ta’ala. Yaitu berupa amal ketaatan yang disyariatkan. (Tafsir Ath-Thabari VIII/403 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103).
Di antara dalil tawassul adalah firman Allah ta’ala,
”يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ”
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (sarana) untuk mendekatkan diri kepadaNya. Serta berjihadlah di jalan-Nya agar kalian beruntung.” (QS. Al-Maidah ayat 35)m
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menafsirkan ayat di atas, ”Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah qurbah (peribadatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah).”
“Bertawassul dengan doanya orang soleh yang masih hidup, hadir dan mampu. Maksudnya adalah meminta bantuan kepadanya agar mendoakan kita,” kata Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA.
Di samping itu, dalil disyariatkannya tawassul jenis ini, antara lain firman Allah ta’ala,
”قَالُوا يَاأَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ . قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ”
Artinya: “Mereka (anak-anak Nabi Ya’qub) berkata, “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami. Sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah. Dia (Ya’qub) menjawab, “Aku akan memohonkan ampunan kepada Rabbku untuk kalian. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”. QS. Yusuf ayat 97-98.
Ustadz Abdullah menjelaskan, dalam ayat di atas diceritakan bagaimana putra-putra Nabi Ya’qub bertawassul dengan doa ayah mereka. Yakni mereka memohon kepadanya agar mendoakan, supaya Allah berkenan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka.