Faktor Terjadinya Gempa dan yang Terjadi di Masa Umar

0

dok.timesofindia

JAKARTA — Banyak terjadi peristiwa gempa dalam beberapa bulan terakhir yang mengguncang tanah air. Terlebih lagi ada ancaman megathrust yang akan terjadi di kemudian hari. Bagaimana Islam memandang gempa? Apa faktor terjadinya gempa?

Seperti dikutip dari buku Fiqih Kontemporer karya Abu Ubaidah Yusuf ibn Mukhtar as-Sidawi, Seringkali ada komentar para penulis dan ilmuwan di media pasca kejadian gempa bumi atau tsunami yang mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya gempa hanyalah karena faktor alam dan letak geografis daerah bencana yang dekat dengan laut. Namun, benarkah hanya sekadar itu sebagai faktor penyebab terjadinya gempa? Tidakkah ada faktor lain yang lebih dominan daripada itu?

Gempa pernah terjadi pada zaman Umar ibn al-Khaththab Radhiyallahu Anhu. Simaklah ucapan Shafiyyah radhiyallahu anha: “Pernah terjadi gempa bumi di Madinah pada masa Umar (Radhiyallahu Anhu) sehingga beberapa pagar roboh, lalu Umar (Radhiyallahu Anhu) berkhotbah: ‘Wahai penduduk Madinah, alangkah cepatnya kalian berubah. Demi Allah, seandainya gempa terulang lagi maka saya akan keluar dari kalian (karena khawatir menimpa dirinya juga).’” (Diriwayatkan al-Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah)

Perhatikanlah alangkah cerdasnya pemahaman Khalifah Umar Radhiyallahu Anhu. Tatkala beliau mendapati peristiwa aneh yang belum pernah terjadi pada zaman Nabi ﷺ maka beliau mengetahui bahwa umat ini telah berbuat suatu hal baru yang menjadikan Allah mengubah keadaan bumi. (Al-Adzab al-Adna)

Adapun gempa belum pernah terjadi pada masa Nabi ﷺ, sebagaimana ditegaskan oleh al-Imam Ibnu Abdil Barr: “Tidak ada hadits shahih dari Nabi ﷺ yang menyebutkan bahwa pernah terjadi gempa pada zaman beliau dan tidak ada juga sunnah yang shahih tentangnya.” (at-Tamhid)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Gempa termasuk tanda kekuasaan Allah yang Allah timpakan untuk menimbulkan ketakutan pada hamba-Nya, seperti halnya gerhana matahari atau bulan dan peristiwa-peristiwa dahsyat semisalnya. Kejadian-kejadian tersebut memiliki sebab dan hikmah.

Salah satu hikmahnya adalah untuk menimbulkan ketakutan. Adapun faktor penyebabnya, di antaranya adalah meluapnya uap dalam bumi sebagaimana air dan angin yang meluap di tempat yang sempit. Kalau meluap, sejatinya tentu ingin cari tempat keluar sehingga bumi terpecah dan terjadi gempa di bumi sekitar. Adapun ucapan sebagian orang bahwa sebabnya adalah karena kerbau menggerakkan kepalanya sehingga menggerakkan bumi, maka ini adalah kejahilan yang sangat nyata. Seandainya benar demikian, niscaya akan terjadi gempa pada seluruh bumi, padahal tidak demikian perkaranya.” (Majmu’ Fatawa)

Adapun penisbahan peristiwa ini kepada alam semata, maka itu termasuk kebodohan dan kelalaian yang jauh dari tuntunan agama. Asy-Syaikh Muqbil ibn Hadi al-Wadi’i rahimahullah telah membantah pemikiran ini secara panjang lebar dalam risalahnya yang berjudul Idhahul Maqal fi Asbabi Zilzal war Raddu ’Ala Malahidah Dzulal.

Di akhir kitab tersebut, beliau mengatakan: “Dari penjelasan yang lalu dapat disimpulkan bahwa gempa bumi bisa jadi cobaan dari Allah dan bisa jadi peringatan dari Allah karena dosa hamba. Dan semua itu dengan takdir Allah sebagaimana telah lalu dalilnya. Adapun orang yang mengatakan karena sebab alam jika maksudnya adalah dengan takdir Allah dan karena sebab dosa maka tidak kontradiksi dengan dalil, namun bila mereka berkeyakinan hanya sekadar faktor alam semata maka ini sangat bertentangan dengan dalil-dalil Alquran dan hadits, dan ini merupakan pemikiran yang menyimpang.”

Asy-Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya kebanyakan manusia sekarang menganggap bahwa musibah yang menimpa mereka baik dalam bidang perekonomian, keamanan atau politik disebabkan karena faktor-faktor dunia semata. Tidak ragu lagi bahwa semua ini merupakan kedangkalan pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka serta kelalaian mereka dari merenungi Alquran dan sunnah Nabi ﷺ. Sesungguhnya di balik musibah ini terdapat faktor penyebab syar’i yang lebih besar dari faktor-faktor duniawi.

Allah berfirman:

ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS ar-Rum ayat 41).”

Tatkala terjadi gempa pada masa Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz rahimahullah, beliau menulis surat kepada para gubernurnya untuk bershadaqah dan memerintah rakyat untuk bershadaqah. (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 5/337, Ibnu Abi Dunya dalam al-’Uqubat no. 23 dengan sanad jayyid (bagus).

Terlebih lagi orang kaya, pengusaha, pemerintah, dan bangsawan, hendaknya mereka mengeluarkan hartanya untuk membantu para korban.

Apabila muslim saat ini dalam kenikmatan dan kesenangan, bisa makan, minum, dan memiliki rumah, maka ingatlah saudara-saudaramu yang terkena bencana. Saat ini mereka sedang kesusahan dan kesulitan. Maka ulurkanlah tanganmu untuk membantu mereka semampu mungkin. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ

“Barangsiapa yang membantu menghilangkan kesusahan
seorang mukmin di dunia, maka Allah akan menghilang-
kan kesusahan darinya besok di hari kiamat.” (HR Muslim: 2699)

Dan hendaknya para relawan saling membantu dan saling melengkapi antar sesama sehingga terwujudlah apa yang menjadi tujuan mereka, jangan sampai ada terjadi pertengkaran atau perasaan bahwa dia adalah orang yang paling pantas dibanding lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *