salat berjamaah di Masjid Al Barkah, Cileungsi

JAKARTA — Setiap muslim bagi laki-laki diwajibkan untuk menghadiri salat lima waktu secara berjamaah. Terdapat dalil tegas yang menyebut kewajiban salat berjamaah, baik dalam kitab suci Alquran maupun dari hadits. Untuk itu wajib bagi muslim untuk mentaatinya.

Seperti dikutip dari buku Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat, Wajibnya shalat berjamaah di masjid ditunjukkan oleh banyak sekali dalil-dalil Alquran dan As-Sunnah. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:

Dalil Pertama

Allah Ta ‘ala berfirman:

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk” (QS. Al-Baqarah ayat 43).

Ibnu Katsir dalam Tufsir-nya mengatakan:

“Banyak para ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan wajibnya shalat berjamaah”.

Dalil Kedua

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلٰوةَ فَلْتَقُمْ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوْٓا اَسْلِحَتَهُمْ

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata” (QS. An-Nisa ayat 102).

Apabila Allah mewajibkan untuk menunaikan shalat secara berjamaah dalam keadaan takut (perang), maka lebih utama dan lebih wajib lagi jika untuk dilakukan dalam keadaan aman.

Dalil Ketiga

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

لقد هممت أن آمر بالصلاة، فتقام، ثم آمر رجلا فيصلي بالناس، ثم أنطلق معي برجال معهم حزم من حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة، فأحرق عليهم بيوتهم بالنار

“Sungguh aku benar-benar berniat untuk memerintahkan orang-orang Shalat di masjid, kemudian memerintahkan seseorang untuk menjadi imam, lalu aku bersama beberapa orang pergi membawa kayu bakar menuju rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat jamaah lalu aku bakar rumahnya” (HR. Bukhari no. 7224, Muslim no. 651).

Andaikan di rumah-rumah tidak ada wanita dan anak-anak kecil, beliau sudah melakukan hal tersebut. Sebagaimana dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,

“Andaikan di rumah-rumah tidak ada wanita dan anak-anak kecil sungguh aku akan dirikan shalat Isya kemudian aku perintahkan para pemuda untuk membakar rumah-rumah dengan api” (HR. Ahmad no. 8796, dishahikan oleh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Al Musnad).

Maka tidak mungkin sikap beliau demikian tegas dan kerasnya, andaikan shalat berjamaah di masjid hanya disunnahkan.

Dalil Keempat

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

من سمعَ النِّداءَ فلم يأتِ فلا صلاةَ لَه إلَّا من عُذرٍ

“Barangsiapa yang mendengar adzan, namun tidak mendatanginva maka tidak ada shalat baginya, kecuali ada udzur” (HR. Abu Daud no.551, Ibnu Majah no.793, dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram (114)).

Dalil Kelima

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

أن رجلا أعمى قال يا رسول الله: ليس لي قائد يقودني إلى المسجد، فهل لي من رخصة أن أصلي في بيتي، فقال له ﷺ: هل تسمع النداء بالصلاة؟ قال: نعم، قال: فأجب

“Ada seorang buta menemui Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid, Apakah ada keringanan bagiku untuk shalat di rumah?”. Maka Rasulullah pun bertanya kepadanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan). Laki-laki itu menjawab, “Ya”. Beliau bersabda. “Kalau begitu penuhilah panggilan tersebut (hadiri shalat berjamaah)” (HR. Muslim no. 653).

Di samping itu Para ulama madzhab memang berbeda pendapat dalam memahami dalil-dalil seputar kewajiban shalat berjamaah di masjid. Secara garis besar perbedaan pendapat di antara ulama terbagi menjadi tiga pendapat:

  1. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Atha’, Al Auza’i. Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan ulama zhahiriyah berpendapat bahwa salat jamaah hukumnya fardhu ‘ain.
  2. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam Malik. Abu Hanifah dan jumhur Syafi’iyyah berpendapat hukumnya sunnah muakkadah.
  3. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam Asy Syafi’i. juga jumhur Malikiyyah dan jumhur Hanafiyyah berpendapat hukumnya fardhu kifayah.

Namun tentu pendapat ulama dan khilafiyah bukanlah dalil, dan wajib kembali kepada dalil ketika menghadapi perbedaan pendapat ulama. Dan pendapat yang rajih (kuat) dalam masalah ini adalah pendapat pertama, karena kuat dan jelasnya dalil-dalil yang menyatakan wajibnya salat berjamaah di masjid bagi laki-laki. Pendapat ini yang dikuatkan oleh para ulama besar kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Shalih Al Fauzan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *