23 Februari 2025
alarabiya

dok.alarabiya

JAKARTA — Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, sebagian orang menjalankan ibadah di Malam Nishfu Sya’ban. Benarkah amalan tersebut terdapat contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya?

Mengutip Ensiklopedia Amalan Sunnah oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf, Memuliakan bulan Ramadhan ialah dengan menyambutnya secara baik dan melatih diri dengan puasa di bulan Sya’ban. Adapun pengkhususan malam Nishfu Sya’ban, berkumpul untuk menghidupkannya dengan shalat, doa dan sebagainya, maka semua itu tidak ada dalil yang shahih dari Nabi, dan tidak dikenal pula oleh generasi awal umat ini. Demikian juga ritual-ritual lainnya yang tidak berdasarkan agama.

Di antara bid’ah (perkara yang baru) yang biasa dilakukan sebagian kalangan pada malam Nishfu Sya’ban yakni Shalat Nishfu Sya’ban, dengan membaca Yasin dan doa.

Tata caranya sebagai berikut: Melakukan shalat Maghrib dua rakaat, rakaat pertama membaca al-Fatihah dan surat al-Kafirun, sedangkan rakaat kedua membaca al-Fatihah dan surat al-Ikhlas. Setelah salam, membaca surat Yasin sebanyak tiga kali, bacaan pertama dengan niat meminta panjang umur untuk ibadah kepa da Allah bacaan kedua dengan niat meminta rezeki yang baik serta halal sebagai bekal ibadah kepada Allah, bacaan ketiga dengan niat ditetapkan iman. Setelah itu membaca doa Nishfu Sya’ban yang awalnya adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَن وَلَا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَام … إلخ

“Ya Allah, Wahai Dzot Yang memiliki kenikmatan, tidak ada yang memberi nikmat kepadamu wahai Dzat Yang Memiliki kemu lian…dan seterusnya.

Kami katakan, bahwa tidak diragukan lagi tata cara ibadah seperti adalah kebid’ahan dalam agama, padahal Rasulullah telah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ

“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka ia tertolak” (HR. Muslim)

Amalan ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Imam an-Nawawi berkata, “Shalat Rajab dan Sya’ban, keduanya merupakan bid’ah yang jelek dan kemungkaran yang tercela. Janganlah tertipu dengan disebutkannya hal itu dalam kitab Quthul Qulub dan thya’ Ulumuddin.

Az-Zabidi juga berkata dalam Syarh al-Ihya’, “Shalat ini masyhur dalam kitab orang-orang belakang dari kalangan Shufiyyah. Saya tidak menjumpai landasan yang shahih dari sunnah tentang shalat dan doa tersebut, kecuali amalan sebagian masayikh (guru). Para sahabat kami mengatakan, bahwa dibenci berkumpul untuk menghidupkan malam ini di masjid atau selainnya.”

An-Najm al-Ghaithi berkata tentang sifat menghidupkan. malam Nishfu Sya’ban secara berjama’ah, “Hal itu diingkari oleh kebanyakan ulama dari ahli Hijaz seperti Atha’, ibnu Abi Mulaikah. dan para Fuqaha’ Madinah serta para sahabat Imam Malik. Mereka mengatakan, “Semua itu adalah bid’ah, tidak ada dalilnya dari Nabi dan para sahabatnya.”

Adapun doa Nishfu Sya’ban di atas, itu juga tidak ada asalnya, sebagaimana juga ditegaskan oleh az-Zabidi. Penulis kitab “Asno al-Matholib” juga mengatakan bahwa itu adalah buatan sebagian orang. Dikatakan bahwa pembuatnya adalah al-Buni.

Wahai hamba Allah, suatu ibadah yang tidak ada dalam Alquran dan sunnah Rasulullah serta amalan para sahabat, bagaimana kalian melakukannya?! Padahal para sahabat mengatakan, “Semua ibadah yang tidak dilakukan oleh para sahabat Nabi, maka janganlah kalian melakukannya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *