Besarnya Pahala Berhaji
JAKARTA — Umat islam yang menunaikan rukun Islam kelima akan mendapatkan besarnya pahala haji. Segala upaya selama memperjuangkan untuk berangkat haji, dan selama prosesnya akan mendatangkan pahala bagi muslim.
Dikutip dari buku Bekal Haji karya Ustaz Firanda Andirja, ada banyak kesulitan yang beraneka ragam dihadapi oleh jamaah haji. Jika dihadapi dengan sabar, semua kesulitan ini akan menambah besarnya pahala mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menyatakan, “Barang siapa yang tawafnya semakin cepat, pahalanya semakin besar”, atau “Barang siapa yang semakin dekat lokasi tendanya dari tempat melontar, pahalanya semakin besar”. Meskipun demikian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْ رِ نَفَقَتِكِ أ وْ نَصَبكِ
“Akan tetapi, ganjarannya itu berdasarkan ukuran nafkahmu atau keletihanmu” hadits riwayat Al-bukhari dan muslim.
Dalam riwayat yang lain beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْ رِ عَنَاعِكِ وَ نَصَبِكِ
“Akan tetapi pahalanya sesuai kadar kesulitanmu dan keletihanmu”, hadits riwayat Al Baihaqi. Pada kenyataannya, betapa banyak jamaah haji yang berpamitan kepada keluarga mereka untuk berhaji, dan akhirnya mereka memang tidak kembali lagi. Hal ini menunjukan bahwa haji merupakan ibadah yang tidak bisa dilepaskan dari kesulitan.
Pada zaman modern seperti saat ini, para jamaah haji diberikan banyak kemudahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya fasilitas yang nyaman seperti pesawat dan hotel. Meskipun demikian, haji tetap tidak mungkin terpisahkan dari kesulitan, dan kepayahan. Betapa banyak jamaah yang dengan kondisinya menyebabkan ibadah haji menjadi lebih berat lagi, misalnya umur yang sudah tua, kondisinya yang sedang sakit, fisiknya lemah dan lain-lainnya.
Namun, ingatlah bahwasanya semakin berat kesulitan yang mereka hadapi, dan semakin besar keletihan mereka dalam menjalankan ibadah haji, semakin besar pula pahala yang didapatkan mereka. Sebagian jamaah haji regular ada yang kebetulan mendapatkan lokasi tenda di Mina. Lokasi ini sangat jauh dari tempat melontar jamarat sehingga menjadikannya semakin berat.
Ada pula sebagian jamaah haji yang jarak tendanya dari lokasi melontar hampir tujuh kilometer. Bayangkan, untuk melontar saja, mereka harus pulang-pergi menempuh 14 kilometer. Apalagi jika musim haji bertepatan dengan musim panas yang menyengat. Hal ini tentu bukan kondisi ringan.
Banyak pula kondisi jamaah haji yang terjebak pada kepadatan tawaf sehingga Tawaf yang normalnya bisa diselesaikan dalam waktu setengah jam, akhirnya harus tertunda dan baru bisa diselesaikan setelah dua jam. Di samping itu, sebagian jamaah haji juga terpaksa harus tawaf di lantai dua atau lantai tiga sehingga jarak tempuh tawaf juga semakin jauh.
Semua keletihan, kelelahan, dan kesulitan bisa menjadi berpahala jika seseorang menghadapinya dengan penuh kesabaran.
Maka seseorang yang berhaji hendaknya sudah menyiapkan diri dan hatinya untuk menghadapi kesulitan apa pun yang setiap saat bisa saja terjadi. Betapa pun bagus atau bahkan mewah fasilitas yang dijanjikan oleh pihak travel, tetap saja banyak pula kesulitan yang tiba-tiba bisa saja datang. Sebaliknya, betapa banyak kesulitan yang disangka begitu beratnya, ternyata setelah dijalani terasa biasa saja dan ringan.
Sesungguhnya kesiapan hati dan keimanan sangat berpengaruh bagi seorang haji dalam menyikapi kesulitan yang datang.