5 Februari 2025

Belajar dari Penghinaan Gus Miftah pada Penjual Es Teh

0
Belajar dari Penghinaan Gus Miftah pada Penjual Es Teh

Tangkapan layar, penjual es teh instagram abun_nada

JAKARTA — Belum lama ini video viral terkait penghinaan yang dilontarkan pendakwah, Gus Miftah yang tengah mengisi acara kepada seorang penjual es teh. Gus Miftah menyebut penjual es teh yang masih menopang dagangan di atas kepalanya dengan sebutan G****k, sontak membuat masyarakat bereaksi.

“Es teh mu masih banyak tidak, ya sana dijual g****k,”! ucap Gus Miftah yang berada di atas panggung kepada penjual es teh.

Gus Miftah yang berada di atas panggung dengan beberapa orang lain kemudian tertawa bersama-sama. Meskipun hinaan telah dilontarkan oleh Gus Miftah, penjual es tersebut hanya menatap dan sedikit melempar senyum.

Dari berbagai platform media sosial, warganet pun bereaksi. Salah satunya melalui Twitter, akun @m*** menyebut, ‘memanusiakan manusia itu memang sulit. Makanya adab lebih di atas ilmu. Bisa bedakan manusia yang berilmu dan beradab meski berbeda profesi. Semoga bapak penjual es nya lapang dada ya Bapak, semoga Allah memudahkan jalan rizki Bapak… Amin…’

Di samping itu melalui Instagram, seniman asal Yogyakarta, Miftah Rizaq mengunggah foto dirinya bersama penjual es teh, Sunhaji yang sebelumnya telah mendapatkan penghinaan dari Gus Miftah. ‘Saya datang malam ini ke rumah Pak Sun sebagai bentuk dukungan moril, apa yang terjadi pada beliau semoga tidak terulang oleh siapapun ke siapapun lagi. Pak Sun tidak sendiri, kita semua bisa saling rawat dan saling jaga! Bisa saya laporkan, kondisi beliau sehat, ya pasti agak ngantuk karena tamu yang mulai banyak berdatangan. Saya izin pamit lebih awal karena saya juga butuh istirahat dalam perjalanan kembali ke Jogja’, sebut Miftah melalui akun Instagram miliknya.

Sementara itu, melalui video singkat di Youtube, Gus Miftah atau Miftah Maulana Habiburrahman yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan turut menyampaikan permohonan maaf terkait video yang beredar.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saya Miftah Maulana Habiburrahman menanggapi yang viral hari ini, dengan kerendahan hati saya minta maaf atas kekhilafan saya. Saya memang sering bercanda dengan siapa pun maka untuk itu atas candaan kepada yang bersangkutan saya akan meminta maaf secara langsung, dan mudah-mudahan dibukakan pintu maaf untuk saya,” kata Gus Miftah.

“Kemudian yang kedua saya juga meminta maaf, yang merasa terganggu atas candaan saya, yang dinilai oleh masyarakat mungkin berlebihan untuk itu saya minta maaf. Ini juga merupakan introspeksi bagi saya untuk lebih berhati-hati berbicara di depan publik. Saya juga sudah ditegur oleh Bapak Seskab yang hari ini berada di Kupang untuk lebih berhati-hati menyampaikan pendapat dan pidato di depan masyarakat,” lanjut Gus Miftah.

Sebelumnya video lain terkait sikap Gus Miftah terhadap istrinya di hadapan publik juga tersebar. Dia terlihat memegang kepala istrinya kemudian digoyangkan dengan cukup kencang. Padahal, dalam islam, suami diperintahkan bersikap lemah lembut terhadap istrinya.

Belajar dari beberapa sikap yang ditampilkan oleh Gus Miftah di depan publik, masyarakat dapat menilai dan menimbang dalam memilih guru.

Pendakwan Lulusan Markaz Dakwah Syeikh Utsaimin, Unaizah, Qasim, Arab Saudi 2004-2008, Ustadz Abu Ubaidah menjelaskan, mencela seseorang dengan sebutan g*blok, maka tunggu hingga kehinaan dan kecelakaan menimpa.

Dalam unggahan melalui Instagram Ustadz Abu Ubaidah menyebut, “Mari renungkan bersama sabda Nabi ﷺ:

لا تسبوا الديك فإنه يوقظ للصلاة

“Janganlah kalian menghina ayam jago, karena dia membangunkan untuk sholat”. (Hasan. HR. Abu Dawud: 5101 dan Ahmad 21679 dan dishahihkan al Albani)

Subhanallah, kalau menghina ayam saja gak boleh, apalagi menghina manusia? Apalagi para fakir miskin yang sedang berjuang mencari nafkah? Apalagi dengan kata-kata kotor, yang sangat tidak pantas keluar dari lisan seorang muslim, apalagi seorang dai dan ustadz?! Apalagi yang diketawain berjamaah? Bukankah itu kesombongan? Bukankah kerusakan moral? Bukankah itu melukai perasaan hatinya?!

Jangan pernah merendahkan siapapun, karena harta atau penampilannya. Bisa jadi orang yang kalian rendahkan tersebut lebih mulia darimu di sisi Allah.

Maka selektiflah wahai kaum muslimin dalam mencari sosok guru untuk menimba ilmu agama. Jangan jadikan orang yang rusak lisan dan akhlaknya sebagai rujukan agama.

Semoga Allah menghinakan manusia yang sombong dan mengangkat derajat orang yang dilecehkan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *