Amerika Serikat Disebut Bertanggung Jawab atas Pertumpahan Darah di Gaza
RAMALLAH — Otoritas Palestina (PA) menganggap pemerintah Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas pertumpahan darah yang terus berlanjut di Jalur Gaza oleh Israel. Hal ini disampaikan juru bicara PA, Nabil Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan.
“Kami menganggap pemerintah AS sepenuhnya bertanggung jawab atas kelanjutan agresi berdarah ini karena kedok politiknya terhadap pendudukan Israel,” kata dia dilansir dari laman Anadolu Agency.
Serangan Israel menyebabkan 43.800 orang telah wafat. Sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 103.600 lainnya terluka dalam serangan Israel yang tak henti-hentinya di Gaza semenjak serangan Hamas Oktober lalu.
Ia mengatakan, kedok AS membantu Israel menghindari akuntabilitas dan menentang resolusi hukum internasional.
“Pasukan pendudukan Israel menerjemahkan dukungan AS yang berkelanjutan menjadi pembantaian genosida, dengan pembunuhan massal yang merenggut nyawa puluhan anak-anak dan wanita,” kata dia.
Menurut otoritas setempat di daerah kantong itu, setidaknya 96 warga Palestina wafat dan 60 lainnya terluka dalam serangkaian serangan udara Israel di Jalur Gaza utara dan tengah pada Ahad (17/11/2024).
Juru bicara Palestina meminta Washington untuk menekan Israel agar menghentikan serangannya terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
“Jika (pertumpahan darah) ini terus berlanjut, seluruh wilayah berisiko dilalap api, dan tidak seorang pun akan dapat menikmati kedamaian atau stabilitas,” kata dia.
Pada 5 Oktober, Israel telah melancarkan operasi darat skala besar di Gaza utara untuk mencegah kelompok perlawanan Palestina Hamas berkumpul kembali. Namun, warga Palestina menuduh Israel berusaha menduduki wilayah tersebut dan menggusur paksa penduduknya.
Semenjak saat itu, tidak ada bantuan kemanusiaan. Ini termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut, sehingga sebagian besar penduduk di sana berada di ambang kelaparan yang mengancam.