5 Kesalahan Jamaah Haji di Arafah

0

Bukit Arafah

JAKARTA — Beberapa hari lagi, jamaah haji 2024/1445 H di Arab Saudi akan memasuki waktu wukuf di Arafah. Termasuk di antara rukun haji yang paling pokok bagi para jamaah yakni wukuf di Arafah. Akan tetapi sebagian jamaah terkadang melakukan kekeliruan selama di Arafah.

Dikutip dari buku Bekal Jamaah Haji oleh Abdulaziz bin Abdullah bin Baaz, berikut di antara lima kekeliruan jamaah saat di Arafah:

1. Ada sebagian jamaah haji yang berhenti di luar batas Arafah dan tetap tinggal di tempat tersebut hingga terbenam matahari. Kemudian mereka berangkat ke Muzdalifah tanpa wukuf di Arafah. Ini kekeliruan besar, yang mengakibatkan mereka tidak mendapatkan nilai haji. Karena sesungguhnya haji itu ialah wukuf di Arafah, untuk itu mereka wajib berada di dalam batas Arafah, bukan di luarnya. 

Maka hendaklah mereka selalu memperhatikan masalah wukuf ini dan berusaha untuk berada dalam batas Arafah. Jika mendapatkan kesulitan, hendaklah mereka memasuki Arafah sebelum terbenam matahari, dan terus menetap di sana hingga terbenam matahari. Cukup bagi mereka masuk Arafah di waktu malam khususnya pada malam hari raya kurban. 

2. Ada sebagian mereka yang pergi meninggalkan Arafah sebelum terbenam matahari. Ini tidak boleh, karena Rasulullah ﷺ melakukan wukuf di Arafah sampai matahari terbenam dengan sempurna. 

3. Berdesak-desakkan untuk dapat naik ke atas gunung Arafah (Jabal Arafah) hingga ke puncaknya yang dapat menimbulkan banyak bahaya, padahal seluruh padang Arafah adalah tempat berwukuf. Naik ke atas gunung Arafah tidak disyariatkan, begitu juga shalat di tempat itu. 

4. Ada sebagian jamaah haji yang menghadap ke arah gunung Arafah ketika berdoa, padahal menurut sunnah adalah menghadap kiblat. 

5. Ada sebagian jamaah haji membuat gundukan pasir dan batu kerikil pada hari Arafah di tempat-tempat tertentu. Ini suatu perbuatan yang tidak ada dasarnya sama sekali dalam syariat Allah. 

Adapun haji merupakan rukun islam yang kelima. “…melaksanakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…” (Alquran surah Ali Imran ayat 97).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadatain, menegakkan salat, menunaikan zakat, berhaji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan”, (hadist riwayat Bukhari dan Muslim).

Kelima perkara ini merupakan pondasi utama islam. Oleh sebab itulah, seorang berusaha mendirikan bangunan islamnya dengan sesempurna mungkin. Semakin sempurna bangunan islamnya, semakin sempurna keimanannya dan semakin baik surganya di akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *