Ramadan, Muslim Pakistan Berharap Harga Bahan Pokok Turun

Muslim Pakistan membeli sayur-sayuran dan buah-buahan menjelang dimulainya Ramadan, bulan puasa suci, di Islamabad, Pakistan, pada 27 Februari 2025 dok.anadoluagency
ISLAMABAD — Pada bulan suci Ramadan, Muslim Pakistan dihadapkan dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok. Padahal muslim Pakistan berharap turunnya harga bahan pokok di tengah penurunan tajam tingkat inflasi negara tersebut.
Menurut data resmi yang dirilis pekan ini, sebelumnya Inflasi tahunan Pakistan melonjak ke rekor tertinggi 38 persen pada Mei 2023. Angka tersebut turun ke level terendah hampir satu dekade sebesar 1,5 persen pada Februari ini. Namun, meskipun terjadi penurunan dramatis, harga barang-barang pokok tetap tinggi, sehingga meredam semangat perayaan Ramadan.
Iqbal Hussain termasuk di antara banyak warga Pakistan yang mengharapkan keringanan harga komoditas yang signifikan pada Ramadan ini. “Harga hampir semua komoditas bahkan lebih tinggi daripada Ramadan tahun lalu,” kata Hussain, seorang akuntan di sebuah perusahaan swasta di Karachi, mengutip Anadolu Agency.
“Ramadhan dulunya adalah saat yang penuh kegembiraan dan perayaan, bahkan bagi orang-orang yang berpenghasilan rendah, tetapi sekarang tidak lagi,” lanjutnya.
Di seluruh Pakistan, konsumen merasa frustrasi karena alih-alih melihat harga yang lebih rendah, biaya barang cenderung melonjak selama Ramadan. Sementara pengecer menyalahkan mekanisme permintaan dan penawaran atas lonjakan tersebut.
“Gaji tidak naik selama bertahun-tahun, tetapi harga telah berlipat ganda beberapa kali lipat. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana warga biasa bisa merayakan Ramadan seperti biasa?” tanya Hussain.
Di samping itu seorang pekerja harian di sebuah perusahaan konstruksi kecil, Mohammad Usman mengeluhkan bahwa harga yang melonjak telah membuat sulit untuk bertahan hidup. Terlebih merencanakan sesuatu yang ekstra selama Ramadan.
“Saya hanya berpegang pada kebutuhan pokok dan hanya membeli kebutuhan mendesak,” kata Usman, yang berpenghasilan 1.500 rupee Pakistan (Rp 87 ribu) per hari.
Adapun Pemerintah Perdana Menteri Shehbaz Sharif telah memimpin perbaikan ekonomi yang cukup besar selama setahun terakhir. Ini termasuk stabilisasi rupee, pasar saham yang bangkit kembali, inflasi yang menurun, dan meningkatnya pengiriman uang asing.
Terkait inflasi yang turun dan kenaikan harga, ekonom yang berbasis di Karachi, Shahid Hasan Siddiqui, menjelaskan bahwa orang sering salah memahami hubungan antara keduanya.
“Inflasi yang turun tidak berarti harga turun, itu hanya berarti bahwa harga meningkat pada tingkat yang lebih lambat,” kata Siddiqui.
“Jika inflasi naik, itu berarti harga naik dengan cepat. Ketika inflasi melambat, itu berarti harga masih naik tetapi pada kecepatan yang lebih lambat,” lanjutnya.