Apa Itu Istidraj?
JAKARTA — Pendakwah Ustadz Najmi Umar Bakkar mengungkapkan, Istidraj merupakan hukuman kepada para pendurhaka, zalim dan ahli maksiat dalam bentuk kesenangan dan kenikmatan. Akan tetapi tanpa disertai keberkahan dan hidayah di dalamnya.
“Hingga akhirnya menjadikan seorang hamba semakin jauh dari Allah. Dia lalai, terpedaya, tertipu dan tersesat,” kata Ustadz Najmi melalui pesan Telegram.
Ustadz Najmi melanjutkan, Dia mengira bahwa kenikmatan yang telah dimilikinya adalah kemuliaan dari Allah. Padahal Allah sedang menghinakannya secara perlahan-lahan dan membinasakan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَا سَنَسۡتَدۡرِجُهُم مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُونَ
“Dan Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, Kami akan menarik mereka sedikit demi sedikit (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak Mereka Ketahui” (QS. Al-A’raf ayat 182)
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
ِإِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Apabila engkau melihat Allah memberi kepada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka itu adalah istidraj dari Allah”
Lalu beliau pun membaca firman Allah :
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةً فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ
“Maka tatkala mereka Telah Melupakan Peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Hingga apabila mereka itu bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan Sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka pun terdiam berputus asa” (QS. Al-An’aam ayat 44)
(HR. Ahmad dalam Al-Musnad (28/547) dan Ath-Thabrani dlm Al-Mu’jamul Kabir (17/330) & Al-Mu’jamul Ausath (9/110), haditsnya dari ‘Uqbah bin ‘Amir. Lihatlah Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 561)
“Semakin Kufur, munafik dan bermaksiat, namun justru mendapatkan Kemudahan dan kelapangan hidup, kesenangan-kesenangan dan juga kesuksesan yang semakin melimpah. Dosanya pun menggunung, tapi merasa hidupnya begitu tenang dan tenteram, dan dia jarang sakit atau mendapat musibah,” papar Ustadz Najmi.
“Akhlaknya rusak tapi hidupnya dikagumi dan dihormati. Keluarganya sehat, padahal dia memberi makan dari harta yang haram. Banyak orang yang telah dia zalimi dan banyak hak orang yang diinjak-injak, tapi terlihat hidup bahagia penuh canda tawa dan karirnya pun terus menanjak naik,” lanjutnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
فَلَا تُعۡجِبۡكَ أَمۡوَٰلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُهُمۡۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ أَنفُسُهُمۡ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sungguh Allah itu menghendaki untuk menyiksa mereka dengan harta benda dan anak-anak itu dalam kehidupan dunia, dan kelak akan melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir” (QS. At-Taubah ayat 55)
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan” (QS. Ali Imran ayat 178)