Jatuhnya Rezim Bashar Al-Assad di Suriah dan Siapa Penggantinya?
DAMASKUS — Rezim pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad dan partainya Ba’ath telah runtuh pada Ahad (8/12/2024). Serangan gencar selama 12 hari oleh oposisi mampu menggulingkan pemerintahan Assad dan keluarga selama lebih dari 50 tahun.
Perang saudara di Suriah selama 14 tahun telah merenggut ratusan ribu nyawa, dan jutaan orang mengungsi. Rezim Assad disebut menggunakan kekerasan sebagai alat kendali utamanya. Hal ini dimulai dengan tindakan kerasnya yang kejam terhadap protes damai pada 2011.
Di samping itu, Komisi Penyelidikan PBB untuk Suriah (CoI) menggambarkan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah sebagai awal yang bersejarah bagi rakyat Suriah. Rakyat telah mengalami kekerasan dan kebrutalan yang tak terlukiskan selama 14 tahun terakhir.
“Hari ini menandai awal baru yang bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah menderita kekerasan dan kekejaman yang tak terlukiskan selama 14 tahun terakhir,” kata komisi tersebut dalam sebuah pernyataan melansir Anadolu Agency.
Komisi tersebut juga mencatat bahwa ribuan tahanan yang telah ditahan selama bertahun-tahun telah dibebaskan. Hal ini terjadi setelah pasukan oposisi menguasai beberapa wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali rezim Assad.
Pernyataan tersebut menyatakan Penjara Sednaya dan pusat penahanan lainnya, identik dengan ketakutan, kehilangan, penderitaan, dan kekejaman selama beberapa dekade. Pernyataan komisi PBB menunjukkan bahwa sel-sel tempat para tahanan mengalami penganiayaan, dan ruang interogasi, yang telah didokumentasikan oleh komisi sebagai tempat penyiksaan, kini telah dibuka.
Di sisi lain, Faksi oposisi Suriah telah mengonfirmasi bahwa pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), Ahmed Al-Sharaa, yang juga dikenal dengan nama samaran Abu Muhammad Al-Julani telah tiba di Damaskus pada Ahad. Dia datang usai beberapa jam setelah mengumumkan penggulingan Bashar Al-Assad.
Faksi-faksi tersebut mengunggah klip video di media sosial yang memperlihatkan Al-Sharaa bersujud di tanah di samping jalan utama. Klip tersebut berjudul, ‘Panglima Ahmed al-Sharaa bersujud kepada Tuhan dengan rasa syukur setibanya di Damaskus.’
Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi pemerintah Suriah sebelumnya atas nama Al-Sharaa, dia mengonfirmasi bahwa faksi-faksi tersebut memiliki tekad yang tak tergoyahkan.
“Kami terus bekerja dengan tekad untuk mencapai tujuan revolusi kami, yang diluncurkan untuk kebanggaan, martabat, dan kebebasan. Tidak ada ruang untuk mundur, dan kami bertekad untuk menyelesaikan jalan yang kami mulai pada tahun 2011,” kata pemimpin HTS tersebut, melansir Middle East Monitor.
Selanjutnya, tugas berat menanti Suriah. Negara tersebut kini menatap masa depan barunya setelah berakhirnya pemerintahan Bashar al-Assad selama 24 tahun.
Al-Sharaa menyerukan para pejuang dari semua faksi untuk kembali ke markas, dan meletakkan senjata. Perintah ini dikeluarkan saat Suriah bersiap memasuki babak berikutnya.
“Besok pagi ketika lembaga-lembaga mulai menjalankan tugasnya sebagai pelayan, keamanan, dan polisi, saya berharap dari setiap orang yang membawa senjata untuk pergi ke markasnya dan berkomitmen pada divisinya, batalion, atau brigadenya. Kami tidak akan menerima atau membiarkan (kekacauan) senjata muncul atau penembakan di jalan-jalan sama sekali,” kata Al-Sharaa, melansir Saudi Gazette.
Al-Sharaa menunjuk mantan Perdana Menteri Suriah, Mohammed Ghazi al-Jalali untuk mengawasi lembaga-lembaga negara, dan memastikan kelangsungan layanan sosial hingga diserahkan. Namun masih belum jelas berapa lama kapasitas Al-Jalali sebagai pejabat sementara akan bertahan.
Di sisi lain, Al-Jalali mengumumkan pada Ahad bahwa ia tidak berniat meninggalkan Suriah. Meskipun terjadi pengambilalihan pemerintahan oleh faksi oposisi di Damaskus.
“Saya milik negara ini. Pada saat-saat ini ketika orang-orang merasa cemas dan takut meskipun mereka prihatin terhadap negara ini, lembaga-lembaganya, dan fasilitas-fasilitasnya, saya prihatin dengan fasilitas-fasilitas publik negara, yang bukan milik saya dan bukan milik siapa pun, melainkan milik semua warga Suriah,” kata Al-Jalali.
Dia meminta semua warga negara untuk tidak merusak properti publik karena pada akhirnya itu adalah milik mereka.
Ia mengungkapkan harapannya agar semua orang berpikir secara rasional. Dia juga menunjukkan bahwa pasukan oposisi telah memastikan bahwa mereka tidak akan menyakiti siapa pun yang merupakan warga negara Suriah.
“Saya selalu bekerja siang dan malam di sektor publik dan swasta serta pemerintahan dan selalu memperhatikan kepentingan negara ini. Kami percaya bahwa Suriah adalah milik semua warga Suriah, Suriah adalah negara untuk semua rakyatnya, dan Suriah dapat bersikap normal dan membangun hubungan normal dengan negara tetangga dan dunia tanpa memasuki aliansi dan blok regional apa pun, tetapi ini diserahkan kepada kepemimpinan mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah,” papar Al-Jalali.
Sementata Kantor berita negara Rusia, Tass melaporkan, Presiden Suriah yang digulingkan dan keluarganya pada Ahad tiba di Moskow. Adalah tempat Rusia menawarkan suaka kepada mereka.
“Assad dan anggota keluarganya tiba di Moskow. Atas dasar pertimbangan kemanusiaan, Rusia telah memberikan suaka bagi mereka,” sebut TASS, dilansir dari Anadolu Agency.
“Rusia selalu berbicara mendukung penyelesaian politik krisis Suriah. Kami bersikeras agar perundingan yang dimediasi PBB dilanjutkan,” sebut sumber tersebut mengatakan kepada kantor berita tersebut.
Di samping itu, beberapa negara Arab menyambut baik keputusan di Suriah yang berujung pada penggulingan rezim al-Assad. Sejumlah negara menyerukan tindakan yang bertujuan untuk memastikan stabilitas, pembangunan, dan mencegah situasi menjadi kacau di Suriah.
1 thought on “Jatuhnya Rezim Bashar Al-Assad di Suriah dan Siapa Penggantinya?”