10 Penghalang Masuknya Hidayah
JAKARTA — Manusia membutuhkan hidayah selama masa hidupnya, tanpa adanya ini seseorang dapat terjerumus ke dalam kesesatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Namun ada beberapa hal yang menjadi penghalang masuknya hidayah.
Melalui pesan Telegram Pendakwah Ustadz Najmi Umar Bakkar menjelaskan 10 penghalang untuk mendapatkan hidayah, berikut di antaranya:
(1). Menolak hidayah karena lemahnya ilmu (Kebodohan) tentang agama Islam
Bodoh merupakan penyebab terhalangnya kebanyakan dari orang-orang kafir untuk nasuk Islam. Mereka tidak mengenal Islam dengan baik, ditambah dengan memusuhi dan rasa benci terhadapnya.
Kebodohan juga menyebabkan orang-orang yang mengaku muslim telah membenci syariat Islam, memusuhi pembelanya dan mencintai musuh-musuhnya.
(2). Tidak mau mengamalkan ilmu
Dengan cara mengamalkan ilmu, atau melaksanakan perintah maka Allah pun akan berikan hidayah kepada hamba.
وَلَوۡ اَنَّهُمۡ فَعَلُوۡا مَا يُوۡعَظُوۡنَ بِهٖ لَـكَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ وَاَشَدَّ تَثۡبِيۡتًا وَّاِذًا لَّاٰتَيۡنٰهُمۡ مِّنۡ لَّدُنَّاۤ اَجۡرًا عَظِيۡمًا وَّلَهَدَيۡنٰهُمۡ صِرَاطًا مُّسۡتَقِيۡمًا
“Dan sekiranya mereka itu ‘benar-benar’ melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu ‘lebih baik’ bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Dan dengan demikian, pasti Kami akan berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami. Dan pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan yang lurus” (QS. An-Nisaa’ ayat 66-68)
(3). Menolak hidayah kebenaran karena hasad dan sombong di dalam hatinya
Kesombongan telah menyebabkan Iblis Tidak Taat kepada Allah. Kesombongan juga menyebabkan Orang-orang Yahudi tidak mau beriman kepada Rasul ﷺ, padahal mereka mengenal Nabi, menyaksikan dan mengenali tanda-tanda kenabian beliau.
اَلَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡكِتٰبَ يَعۡرِفُوۡنَهٗ كَمَا يَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَهُمۡؕ وَاِنَّ فَرِيۡقًا مِّنۡهُمۡ لَيَكۡتُمُوۡنَ الۡحَـقَّ وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ
“Orang-Orang (Yahudi da Nasrani) yang telah Kami Beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka Mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya ada Sebagian di antara mereka menyembunyikan Kebenaran, Padahal Mereka Telah Mengetahuinya (QS. Al-Baqarah ayat 146)
وَدَّ کَثِيۡرٌ مِّنۡ اَهۡلِ الۡكِتٰبِ لَوۡ يَرُدُّوۡنَكُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ اِيۡمَانِكُمۡ كُفَّارًا ۖۚ حَسَدًا مِّنۡ عِنۡدِ اَنۡفُسِهِمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الۡحَـقُّ ۚ فَاعۡفُوۡا وَاصۡفَحُوۡا حَتّٰى يَاۡتِىَ اللّٰهُ بِاَمۡرِهٖ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى کُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan, sekiranya mereka dapat mengembalikan kalian setelah kalian Beriman menjadi kafir kembali, karena Rasa Dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka…” (QS. Al-Baqarah ayat 109)
(4). Menolak hidayah karena mengikuti syahwat, harta dunia dan takut kehilangan jabatan, kedudukan dan pekerjaan
فَقَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عٰبِدُوْنَ
“Mereka (Firaun dan kaumnya) berkata : “Apakah (patut) kita ini percaya kepada Dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang telah Menghambakan Diri kepada kita?” (QS. Al-Mukminun ayat 47)
Mereka berkata kepada orang-orang yang suka berzina: Jika engkau masuk Islam maka Islam melarangmu dari perbuatan zina. Mereka juga berkata kepada orang yang suka minuman-minuman khamr : “Sesungguhnya Islam itu telah melarang khamr”
Mereka Berkata : “Aku Memiliki Kerabat yang mempunyai banyak Harta. Sedangkan apabila aku Masuk Islam, maka aku pun tidqk mendapatkan bagiannya sedikitpun, padahal aku ingin mendapatkan warisan darinya”
Di antara mereka ada juga yang berkata, “Apabila saya Bertaubat Kepada Allah, dan beramal shalih, maka rizki akan menjadi sempit bagiku serta akan mempersulit pekerjaanku, apabila aku kembali dalam maksiat justru rizki mengalir kepadaku dan banyak orang yang membantuku”
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَئَنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah namun berada di tepi (tidak yakin), maka apabila memperoleh Kebajikan tetaplah ia dalam keadaan itu dan apabila ia ditimpa oleh suatu bencana Berbaliklah ia Ke Belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata” (QS. Al-Hajj ayat 11)
(5). Tidak mau mengikuti hidayah atau kebenaran karena dianut oleh musuhnya
Hal ini yang menyebabkan orang-orang Yahudi ketika berita tentang datangnya Rasulullah shallallahu’alaihwasallam telah sampai kepada mereka dan orang-orang yang menjadi musuhnya telah mengikuti Nabi, ketika orang-orang Anshar telah lebih dahulu masuk Islam menyebabkan Orang-orang Yahudi tetap .emerangi mereka, dan mereka pun tetap berada di atas kekafiran, tetap berada di atas agama Yahudi.
(6). Teman yang buruk agamanya
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
“Seseorang akan Berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapakah yg menjadi temannya” (HR. Abu Dawud no. 4833, Ahmad no. 8398, serta at-Tirmidzi no. 2378, hadits dari Abu Hurairah)
(7). Taklid atau ikut-ikutan dengan kebiasaan, budaya, agama, dan tradisi nenek moyang
وَكَذٰلِكَ مَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍۙ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمْ مُّقْتَدُوْنَ
“Dan demikianlah, Kami Tidak mengutus sebelummu seorang pemberi peringatan pun dlm suatu Negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata : “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az-Zukhruf ayat 23)
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah Mengikuti apa yang diturunkan Allah Dan Mengikuti Rasul”. Mereka pun menjawab : “Cukuplah bagi kami apa-apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya)”. Dan apakah mereka tetap mengikuti juga nenek moyangnya, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapatkan petunjuk” (QS. Al-Maidah ayat 104)
(8). Takut Dicela, dijauhi dan diasingkan oleh manusia, gengsi dan lebih mencintai keluarga, kaum dan kampung halaman, sehingga mereka tidak mau berhijrah
Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak Abu Thalib melafazkan Laa ilaaha illAllah, Abu Thalib berkata :
“Seandainya tidak karena cemooh orang Quraisy, di mana mereka akan berkata : “Sesungguhnya ia mengucapkan karena jiwanya takut”. Pasti kuucapkan Kalimat itu agar jiwamu tenang” (HR.Muslim no. 25)
Abu Thalib mempunyai Kedudukan yang tinggi di tengah kaumnya. Maka sebagai Keturunan Bani Hasyim, ia merasa perlu menjaga wibawa dan marwah sukunya. Ia gengsi dan takut dicela kaumnya yang telah memposisikannya sebagai Orang Yang Tinggi Kedudukannya.
(9). Menolak hidayah karena pengikut kebenaran sedikit, sedangkan pengikut kebatilan banyak dari sisi harta, anak dan jumlah pengikutnya
وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ
“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang Pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di Negeri itu berkata : “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”. Dan mereka berkata : “Kami lebih banyak mempunyai Harta dan Anak-anak (daripada kamu), dan kami sekali-kali tidak akan diazab” (QS. Saba ayat 34-35)
اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيْلُوْنَۙ
(Firaun berkata), “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) Benar-benar Golongan Kecil” (QS. Asy-Syu’ara ayat 54)
(10). Menolak Hidayah karena pengikut kebenaran adalah orang-orang lemah dan jelata sedang pengikut kebatilan orang-orang terpandang, kuat, dan ningrat
فَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ كٰذِبِيْنَ
“Maka berkatalah para pemuka yang Kafir dari kaumnya : “Kami tidak melihat engkau, Melainkan hanyalah seorang manusia biasa seperti kami, dan kami juga tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta” (QS. Hud ayat 27)
وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓاۙ اَيُّ الْفَرِيْقَيْنِ خَيْرٌ مَّقَامًا وَّاَحْسَنُ نَدِيًّا
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas (maksudnya), orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang Beriman: “Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik tempat tinggalnya, dan lebih indah tempat pertemuan(nya)?” (QS. Maryam ayat 73)