Naskah Khutbah Jumat, Doa Ibadah Mulia
JAKARTA — Naskah khutbah Jumat oleh Pendakwah lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah, dan Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA
KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Jamaah Jumat rahimakumullah…
Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala secara serius. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.
Jamaah Jumat yang semoga dimuliakan Allah…
Sebagai hamba, kita tertuntut untuk beribadah kepada Sang Pencipta; Allah subhanahu wa ta’ala. Ibadah yang diperintahkan oleh-Nya amat beragam. Salah satunya adalah doa. Sebuah ibadah mulia yang selalu menyertai kehidupan kita. Doa terbaik yang dipanjatkan hamba adalah doa-doa yang termaktub di dalam Alquran dan Hadits. Sebab itu bersumber dari wahyu yang pasti benar, sempurna dan memenuhi segala kebutuhan kita.
Namun, doa-doa dalam Alquran dan Hadits itu bukan sekedar dibaca. Agar lebih maksimal manfaatnya, seyogyanya doa tersebut dipahami dan diamalkan kandungannya.
Mari kita menyimak salah satu doa Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berikut,
“اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ، اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ، اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ فَرَاغًا لِي فِيمَا تُحِبُّ”
“Ya Allah, karuniakanlah padaku rizki berupa kecintaan pada-Mu dan kecintaan pada orang-orang yang kecintaanku pada mereka akan bermanfaat bagiku di sisi-Mu. Ya Allah, rizki yang kusukai yang Engkau karuniakan padaku, jadikanlah ia sebagai sumber kekuatan bagiku untuk meraih cintaMu. Ya Allah, rizki yang kusukai yang ternyata tidak Engkau karuniakan padaku, jadikanlah itu sebagai sarana agar aku bisa fokus dalam mencintai-Mu”. HR. At-Tirmidziy dan dinilai hasan oleh beliau.
Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…
Doa tadi mengandung banyak sekali pelajaran dan arahan untuk kita dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Di antaranya:
Pelajaran Pertama: Kejarlah Cinta yang Bermanfaat
Awal doa tadi berbunyi:
“اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ”
“Ya Allah, karuniakanlah padaku rizki berupa kecintaan pada-Mu dan kecintaan pada orang-orang yang kecintaanku pada mereka akan bermanfaat bagiku di sisi-Mu”.
Manusia tidak bisa lepas dari perasaan cinta, sebab itu merupakan naluri, tabiat dan sifat bawaannya. Namun seorang muslim seharusnya berupaya selektif dalam menyalurkan perasaan cinta tersebut. Doa barusan mengajarkan pada kita siapakah yang layak untuk dicintai. Yaitu Allah subhanahu wa ta’ala dan orang-orang yang dicintai-Nya. Yakni para nabi, ulama, wali, orang salih dan yang semisal mereka. Mencintai para manusia seperti inilah yang akan bermanfaat, bukan hanya di dunia, namun juga di akhirat.
Sebab kelak kita akan dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Sungguh malang manusia yang dikumpulkan dengan orang-orang kafir di neraka, gara-gara merekalah yang ia idolakan dan cintai.
Sidang Jum’at rahimakumullah…
Pelajaran Kedua: Syukuri dengan Cara Berburu Cinta Allah
Kelanjutan doa tadi adalah:
“اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ”
“Ya Allah, rezeki yang kusukai yang Engkau karuniakan padaku, jadikanlah ia sebagai sumber kekuatan bagiku untuk meraih cintaMu”.
Manakala Allah berkenan untuk mengaruniakan pada kita sesuatu yang kita sukai, maka syukurilah nikmat tersebut. Cara terbaik mensyukurinya adalah dengan memanfaatkan nikmat itu untuk meraih kecintaan Allah. Yaitu dengan menggunakannya di jalan yang disukai oleh Allah.
Kita tentu suka manakala diberi tambahan umur oleh Allah. Maka gunakanlah umur tersebut untuk menambah amal salih. Sebab hal itu dicintai Allah.
Kita tentu suka manakala diberi rizki yang melimpah oleh Allah. Maka gunakanlah harta itu untuk menafkahi keluarga, membayar zakat, membantu pesantren, mengisi kotak infak masjid, menyantuni fakir miskin dan anak yatim serta jalan-jalan kebaikan lainnya. Sebab hal itu dicintai Allah.
Kita tentu suka manakala diberi kesehatan oleh Allah. Maka gunakanlah kesehatan tersebut untuk beribadah secara tekun dan membantu orang-orang lemah yang memerlukan bantuan fisik kita. Sebab hal itu dicintai Allah.
Pendek kata, apapun karunia yang diberikan Allah kepada kita, syukurilah dengan memanfaatkannya di jalan yang dicintai oleh Allah ta’ala.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للهِ وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بعد؛
Sidang Jumat yang kami hormati…
Pelajaran Ketiga: Selalu Berprasangka Baik kepada Allah
Doa nabawi tadi ditutup dengan:
“اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ فَرَاغًا لِي فِيمَا تُحِبُّ”
“Ya Allah, rezeki yang kusukai yang ternyata tidak Engkau karuniakan padaku, jadikanlah itu sebagai sarana agar aku bisa fokus dalam mencintai-Mu”.
Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Kita suka dan ingin mendapatkan sesuatu, namun Allah tidak atau belum berkenan untuk memberikannya. Dalam keadaan seperti itu dan dalam segala kondisi, seorang muslim harus selalu berprasangka baik kepada Allah. Mengedepankan positif thinking, walau menghadapi kondisi sesulit apapun.
Dalam menghadapi rizki yang seret dan sakit yang belum kunjung sembuh misalnya, kita harus berusaha mencari sisi positif dari hal tersebut. Sulitnya rizki akan mendorong kita untuk introspeksi diri dan bertaubat dari dosa-dosa. Lalu memutar otak untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih berkah. Sakit berkepanjangan mendorong kita untuk terus berikhtiar dan semakin sering berdoa kepada Allah. Apabila kita selalu memiliki pola pikir seperti ini, sepahit apapun takdir yang kita hadapi, niscaya kita tetap bisa fokus mengejar cinta Allah.
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
اللهم ارفع عنا الوباء والبلاء عاجلاً غير آجل، اللهم ارفع عنا الوباء والبلاء عاجلاً غير آجل، اللهم ارفع عنا الوباء والبلاء عاجلاً غير آجل
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…