Naskah Khutbah Jumat: Memilih Pemimpin Idaman
Naskah Khutbah Jumat: Oleh Pendakwah lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah, dan Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Jama’ah Jum’at rohimakumullah…
Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala secara serius. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shollallahu ‘alaihi wasallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh Nya dan Rasul Nya shallallahu ‘afaihi wasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
Keberadaan pemimpin, mutlak diperlukan dalam sebuah negara. Agar roda pemerintahan berjalan dengan baik. Demi misi tersebut, tidak boleh sembarang orang menduduki jabatan tertinggi itu. Namun hanya orang yang berkompeten yang layak mendudukinya. Apa saja kriteria yang harus terpenuhi dalam diri pemimpin? Berikut penjelasannya ..
Kriteria pertama: Iman dan takwa
Allah Azza wa Jalla berfirman,
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوا الۡكٰفِرِيۡنَ اَوۡلِيَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai wali (pemimpin, teman setia) lalu meninggalkan orang orang yang beriman”. (QS. An-Nisa ayat 194)
Cara mengetahui keimanan dan ketakwaan pemimpin adalah dari akidah yang diyakininya dan dari ibadah kesehariannya. Apakah ia menganut akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau tidak? Apakah ia rajin menunaikan shalat lima waktu atau tidak?
Keimanan itu bukan diukur dari sekedar kedekatan calon pemimpin dengan tokoh agama. Apalagi jika kedekatan itu hanya ketika masa kampanye saja. Biasanya orang seperti ini menganggap ulama ibarat orang yang mendorong mobil mogok. Setelah mobilnya berjalan, maka si pendorong akan ditinggalkan.
Kaum muslimin yang kami hormati…
Kriteria kedua: Fisik yang kuat
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan penuturan salah satu Nabi yang diutus di kalangan Bani Israil, saat menjelaskan latar belakang Thalut dipilih oleh Allah sebagai pemimpin mereka,
قَالَ اِنَّ اللّٰهَ اصۡطَفٰٮهُ عَلَيۡکُمۡ وَزَادَهٗ بَسۡطَةً فِى الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِؕ
“Nabi mereka berkata “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi (raja) kalian dan menganugerahinya kelebihan ilmu dan fisik.” (QS.Al-Baqarah ayat 247).
Fisik yang kuat sangat diperlukan oleh pemimpin. Sebab tugas kepemimpinan itu membutuhkan kekuatan ekstra. Bagaimana tidak, untuk mengurusi istri dan anak di satu rumah saja, kepala keluarga memerlukan energi besar. Apalagi pemimpin negara yang mengurus ratusan juta rumah.
Untuk mengetahui kekuatan fisik pemimpin tidaklah susah. Cukup dilihat dari lahiriahnya. Yakni dari postur tubuhnya dan dari gerakan jalannya.
Postur fisik yang kuat adalah yang bertubuh tegap, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menerangkan,
بحسب ابن اآدم أكُلات يقمن صلبه
“Sebenarnya beberapa suap makanan saja sudah cukup untuk anak Adam: guna menegakkan punggungnya ”. HR. Tirmidziy (no. 2380) dan dinilai hasan sahih oleh beliau.
Adapun gerakan jalan yang ideal adalah: yang mantap dan tidak tertatih tatih. Ali bin Abi Thalib radhiyollahu anhu menjelaskan,
إذا مشى تكفأ تكفؤا، كأنّما ينحط من صبب
“(Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) bila berjalan, maka beliau berjalan dengan tegap, mantap dan bersemangat. Seperti orang yang melalui jalan menurun”. HR. Tirmidziy (no. 3637) dan beliau menyatakan hadits ini hasan sahih.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma menambahkan,
كَان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا مَشَى، مَشَى مَشْيًا مجْتَمِعًا، يُعرفُ أَنَّهُ لَيسَ بمَشي عاجزٍ ولا كسلانَ
“Nabi shallallahu alaihi wasallam bila berjalan, beliau berjalan dengan tenang dan tidak terburu-buru. Tidak seperti jalan orang yang lemah maupun pemalas”. HR. Al-Baghawiy dalam Syarhus Sunnah (no. 3354) dan dinilai hasan oleh al Albaniy.
Sidang Jum’at rohimakumullah…
Kriteria ketiga: Berpengetahuan luas
Allah Ta’ala menceritakan tentang alasan permintaan Nabi Yusuf ‘alaihissalam kepada raja Mesir, agar ia dijadikan sebagai menteri keuangan,
قَالَ اجۡعَلۡنِىۡ عَلٰى خَزَآٮِٕنِ الۡاَرۡضِۚ اِنِّىۡ حَفِيۡظٌ عَلِيۡمٌ
“Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir): karena sesungguhnya aku adalah orang yang terpercaya dan berpengetahuan luas”. (QS. Yusuf ayat 55).
Mengapa pemimpin harus berpengetahuan luas?
Sebab masalah yang dihadapi pemimpin, apalagi pemimpin negara, sangatlah kompleks dan beragam. Masalah ekonomi, sosial, politik, kemasyarakatan, keamanan, keagamaan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Baik masalah internal, eksternal maupun bilateral. Belum lagi masalah masalah baru yang terkadang muncul tanpa diprediksi sebelumnya. Seperti kasus pandemi beberapa tahun yang lalu.
Apabila pemimpin berpengetahuan luas, insyaAllah dia bisa menghadapi dan menyelesaikan beragam masalah di atas dengan benar.
Darimana kita bisa mengetahui calon pemimpin atau pemimpin itu berpengetahuan luas?
Diketahui dari background pendidikan yang pernah ditempuhnya. Yakni jenjang pendidikan formal yang tervalidasi keabsahannya.
Selain dilihat latar belakang pendidikan formalnya, juga dinilai seberapa luas pengalamannya dalam memimpin di level sebelumnya.
Lantas bagaimana kita bisa menguji dan mengecek keluasan ilmu pengetahuan para calon pemimpin?
Dicek dari forum-forum diskusi terbuka dengan mereka. Bukan sekedar dari orasi-orasi yang mereka sampaikan. Sebab jika hanya dinilai dari orasinya, sejatinya naskah orasi itu mudah dibikin oleh orang lain, lalu dihapal oleh si calon pemimpin. Berbeda dengan diskusi atau debat terbuka yang dihadiri oleh banyak orang. Dalam forum-forum itu, bisa dinilai keorisinalan ide-ide dan pikiran si calon pemimpin. Juga bisa dilihat kematangannya dalam menata dan mengendalikan emosinya.
Sidang Jumat yang berbahagia…
Kriteria Keempat: Sifat amanah yang teruji
Allah ta’ola menukil perkataan putri nabi Syu’aib ‘alaihissalam saat mengusulkan agar mengangkat nabi Musa ‘alahissalam sebagai pekerja di tempat mereka,
“Wahai ayahku jadikanlah ia (Musa) sebagai pekerja (untuk kita). Sesungguhnya orang yang palng baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-Qashash ayat 26).
Sekedar bertubuh kuat atau berpengetahuan luas saja tidak cukup, jika tidak diiringi dengan sifat amanah. Sebab maling yang pintar lebih berbahaya dibanding maling yang bodoh. Pencuri yang tubuhnya kuat, dampak kerusakan yang ditimbulkannya lebih besar dibanding pencuri yang tubuhnya lemah. Maka sifat amanah mutlak diperlukan.
Bagaimana kita bisa menilai keamanahan calon pemimpin? Bukankah semua calon hari ini mengklaim dan mempromosikan dirinya di mana-mana sebagai orang yang amanah?
Jawabannya: ditihat dari trackrecordnya saat menjadi pemimpin. Apakah dia menjalankan kepemimpinan tersebut dengan baik sampai tuntas atau tidak? Atau justru jabatan yang telah diamanahkan kepadanya, belum selesai masanya, malah dia tinggaikan, demi mengejar jabatan lain yang lebih tinggi?
Kemudian juga dilihat dari janji-janji yang pernah diobralnya saat masa kampanye dahulu, apakah ditepatinya atau tidak? Alhamdulilah hari ini kita hidup di zaman digital. Di mana jejak-jejak seseorang mudah ditemukan. Rasulullah shallallahu “alaihi wasallam mewanti-wanti,
لَا يلدَغُ المؤمن من جحرٍ واحدٍ مرَّتيْنِ
“Mukmin yang cerdas itu tidak boleh tersengat binatang berbisa di lubang yong sama dua kali”. HR. Bukhari (no. 6133) dan Muslim (no. 2998).
KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للهِ وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بعد؛
Sidang Jum’at yang kami hormati…
Kriteria kelima: Penyayang kepada rakyatnya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa,
اللهمَّ من ولي من أمرِ أمتي شَيْئًا فَرَفقَ بهمْ، فَارفقْ بِهِ
“Ya Allah, barangsiapa memimpin ummatku lalu bersikap lembut kepada mereka, maka sayangilah ia”. HR. Muslim (no. 1828).
Kelembutan dan sifat penyayang pemimpin tidak sulit diidentifikasi. Bila itu merupakan karakter aslinya, maka ia akan bersikap sangat ramah terhadap rakyat, entah saat disyuting ataupun tidak. Bahkan dengan senang hati ia mau untuk diajak berpelukan, walau oleh rakyat biasa.
Pemimpin yang penyayang akan selalu memprioritaskan kesejahteraan rakyat kecil, bukan sekedar kesejahteraan para cukong dan pemodal yang memodalinya saat nyalon.
Hadirin rahimakumullah…
Banyak orang jahat tidak menghendaki negeri ini dipimpin oleh orang yang baik. Segala makar mereka rancang demi terpilihnya pemimpin yang tidak berkompeten. Untuk itu, selain berikhtiar maksimal, kita juga harus senantiasa berdoa memohon kepada Allah ta’ala agar mengaruniakan pemimpin yang idaman bagi kita semua…
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
الهم ولِّ علينا خيارنا، واكفنا شرارنا
Ya Allah jadikanlah orang-orang baik sebagai pemimpin kami. Dan lindungilah kami dari orang-orang jahat.
الهم ولِّ علينا خيارنا، واكفنا شرارنا
Ya Allah jadikanlah orang-orang baik sebagai pemimpin kami. Dan lindungilah kami dari orang-orang jahat.
الهم ولِّ علينا خيارنا، واكفنا شرارنا
Ya Allah jadikanlah orang-orang baik sebagai pemimpin kami. Dan lindungilah kami dari orang-orang jahat.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…