Sekjen PBB: Saatnya Akhiri Penderitaan
NEW YORK — Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan seruan pada Sabtu (5/10/2024) untuk perdamaian menjelang peringatan satu tahun perang di Gaza pada Senin (7/10/2024)
“Tanggal 7 Oktober tentu saja merupakan hari untuk fokus pada peristiwa hari yang mengerikan itu. Saya menyatakan solidaritas saya dengan semua korban dan orang-orang yang mereka cintai,” kata Guterres dalam sebuah pesan video, dilansir dari laman Anadolu Agency.
Ia mengatakan serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada hari itu membuat jiwa terluka dan ia mengenang semua orang yang terbunuh serta menderita dari kekerasan.
“Ini adalah hari bagi masyarakat global untuk mengulangi dengan suara paling keras kecaman kami atas tindakan Hamas yang menjijikkan, termasuk penyanderaan,” kata dia.
Kepala PBB mencatat bahwa gelombang kekerasan dan pertumpahan darah yang mengejutkan telah meletus semenjak 7 Oktober.
“Perang yang terjadi setelah serangan mengerikan satu tahun lalu terus menghancurkan kehidupan dan menimbulkan penderitaan manusia yang mendalam bagi warga Palestina di Gaza, dan sekarang warga Lebanon,” kata dia.
“Sudah waktunya untuk membebaskan para sandera. Saatnya untuk membungkam senjata. Saatnya untuk menghentikan penderitaan yang telah melanda wilayah tersebut. Saatnya untuk perdamaian, hukum internasional, dan keadilan,” lanjut dia.
Ia juga menyerukan solusi yang langgeng untuk konflik tersebut agar Israel, Palestina, dan semua negara lain di wilayah tersebut dapat hidup dalam damai dan bermartabat serta saling menghormati.
Adapun Israel terus mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Israel terus melancarkan serangan gencar terhadap Gaza setelah serangan Hamas Oktober lalu.
Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 41.800 korban tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, pada tahun tersebut, dan hampir 97 ribu lainnya terluka,.
Serangan Israel telah mengungsikan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut di tengah blokade yang terus berlangsung yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.