8 Hakikat Kecintaan pada Nabi Muhammad ﷺ

0

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dok.quranic

JAKARTA — Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai penutup para Nabi dan Rasul. Umat islam diperintahkan untuk mencintai Nabi ﷺ, melebihi cintanya terhadap orang terdekatnya.

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبَّ إليه من ولده ووالده

Demi dzat yang diriku berada di tangan-Nya: Tidaklah sempurna iman salah satu di antara kamu sehingga aku lebih disenangi daripada ayah dan anaknya (HR. Bukhari)

Adapun di antara delapan hal Kecintaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, dikutip dari buku Polemik Perayaan Maulid Nabi ﷺ yakni:

  1. Mengimani bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk jin dan manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلۡ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّىۡ رَسُوۡلُ اللّٰهِ اِلَيۡكُمۡ جَمِيۡعَاْ

Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua (QS. Al-A’raf ayat 158)

  1. Membela beliau ﷺ, pribadi, hadits dan sunnahnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ثُمَّ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمۡ لَـتُؤۡمِنُنَّ بِهٖ وَلَـتَـنۡصُرُنَّهٗ

Kemudian datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. (QS. Ali Imran ayat 81)

  1. Menjalankan seruannya dengan mengamalkan yang wajib dan sunnah, serta meninggalkan yang haram dan makruh.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَجِيۡبُوۡا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوۡلِ اِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيۡكُمۡ‌ۚ

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu (QS. Al-Anfal ayat 24)

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr ayat 7)

  1. Menjadikannya sebagai tuntunan dalam segala urusan hidupnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab ayat 21)

  1. Mencintai orang yang dicintai Nabi ﷺ.

Mencintai istri dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau ﷺ. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ

Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). (QS. Al-Ahzab ayat 53)

لا تسبوا أصحابي فإن أحدكم لو أنفق مثل أُحُدٍ ذهبا، ما بلغ مُدَّ أحدهم، ولا نصيفه

Janganlah kalian cela para sahabatku, karena seandainya salah seorang dari kalian berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, niscaya hal itu tidak akan bisa menandingi satu mud pun dari mereka atau setengahnya (HR. Bukhari)

  1. Sopan santun kepada Nabi ﷺ dengan menyebut kedudukannya.

Seperti tidak boleh memanggil beliau dengan sebutan Muhammad, akan tetapi dengan gelar Rasulullah ﷺ dan Nabi ﷺ.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). (QS. An-Nur ayat 63)

  1. Berpegang teguh kepada manhajnya dan para sahabatnya.

Rasulullah shallallahu’alaihwasallam bersabda,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ, عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi)

  1. Harus menjauhi bid’ah dan ahlinya.

Rasulullah shallallahu’alaihwasallam bersabda,

وإياكم ومحدثاتِ الأمورِ فإنَّ كلَّ محدثةٍ بدعةٌ

Dan jauhkan dirimu dari perkara yang baru (dalam agama) karena setiap yang baru itu bid’ah (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *