dok.adobestock

JAKARTA — Kadar iman seorang muslim terkadang kuat dan lemah. Dalam keadaan lemah iman, kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal yang mempengaruhinya.

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

“Sesungguhnya setiap amal mempunyai masa semangat dan juga masa jenuhnya. Maka barangsiapa yang masa jenuhnya kepada bidah, maka sungguh dia pun telah tersesat. Barangsiapa yang ternyata masa jenuhnya kepada sunnah (yaitu Ajaran Rasul), maka sungguh dia Telah mendapat Petunjuk” (HR. Ahmad V/409, lihat Ashlu Shifatish Shalaah II/524)

Melalui pesan Telegram Pendakwah Ustadz Najmi Umar Bakkar menjelaskan di antara sebab lemah iman yaitu :

(01). Tidak berilmu tentang agama
(02). Jarang mengingat azab Allah
(03). Tidak mau membersihkan hati
(04). Jarang mentadabburi Alquran
(05). Malas untuk beribadah dan ketaatan
(06). Jarang untuk mengingat kematian
(07). Enggan untuk menginfakkan harta
(08). Enggan menghadiri majelis ilmu
(09). Terjatuh kepada dosa dan maksiat
(10). Tiada perencanaan dalam beramal
(11). Panjang angan-angan yang berlebihan
(12). Menghabisi waktu untuk hal yang sia-sia
(13). Meningggalkan teladan yang salih
(14). Rumah di lingkungan yang buruk
(15). Terlalu berlebihan di dalam perkara makan, tidur, berbicara dan bergaul
(16). Sibuk dengan dunia, istri, anak dan lainnya
(17). Bergaul dengan teman yang jelek
(18). Tidak bersabar menghadapi ujian
(19). Sering menyendiri, jarang bergaul
(20). Makan, minum dan nafkah haram
(21). Jarang merasa diawasi oleh Allah
(22). Tidak ikhlas dan cinta popularitas
(23). Tidak memperhatikan kualitas amal ibadah yang seringkali dilakukan
(24). Tidak memiliki pasangan hidup yang salih atau salihah, yang membantu mengingatkan kepada Allah Ta’ala
(25). Jarang berdoa agar istiqamah dan istighfar, berdzikir, dan berlindung kepada Allah dari gangguan setan

Di samping itu, tidak sempurna keimanan seseorang tanpa adanya ilmu. Ustadz Najmi menjelaskan, Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana utk bisa menunaikan apa yang Allah ta’ala wajibkan pada manusia, dan tidak sempurna keimanan dan tidak sempurna amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah ta’ala disembah, hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu agama Allah disebarluaskan.

Al-Imam Ahmad رحمه الله berkata :

النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ. لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ

“Manusia itu lebih membutuhkan Ilmu (agama) dibanding makan dan minum, karena seseorang dalam sehari hanya membutuhkan makan minum satu atau dua kali saja. Sedang ia membutuhkan Ilmu di Setiap Tarikan Nafasnya” (Kaifa Tatahammasu li Thalabil ‘Ilmi Syar’i 42)

“Oleh karena itu orang yang jauh dari ilmu dianggap telah mati sebelum anggota badannya masuk ke dalam kuburan. Inilah Kematian yang sesungguhnya. Dia bagaikan Mayat Berjalan. Orang seperti ini tidak ada Kebaikan dalam hidupnya, tidak ada Kebahagiaan dan juga tidak ada Ketenangan, karena dia jauh dari Sebab hakikat kehidupan yang sesungguhnya,” kata Ustadz Najmi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *