Krisis Layanan Kesehatan di Gaza dan RS Indonesia
LONDON — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (9/7/2024) meningkatkan perhatian terkait krisis layanan kesehatan di Gaza, di tengah perintah evakuasi baru di Kota Gaza.
Direktur jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkap dampak buruk dari perintah ini terhadap layanan medis terbatas di wilayah tersebut.
“Benar-benar tidak ada tempat yang aman di Gaza. Laporan terbaru mengenai perintah evakuasi di Kota Gaza akan semakin menghambat pemberian layanan penyelamatan jiwa yang sangat terbatas,” kata Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Anadolu Agency.
Di samping itu WHO telah melaporkan bahwa rumah sakit utama seperti rumah sakit Al-Ahli dan Rumah Sakit Patient Friendly tidak dapat beroperasi. Pasien dari rumah sakit ini terpaksa melakukan evakuasi mandiri, dipulangkan lebih awal, atau dirujuk ke rumah sakit lain.
Sementara Kamal Adwan dan rumah sakit di Indonesia, kini bertanggung jawab atas pasien-pasien ini. Mereka tengah dalam kondisi kekurangan bahan bakar, tempat tidur, dan pasokan medis trauma. Rumah Sakit Indonesia saat ini beroperasi dengan kapasitas tiga kali lipat, berjuang untuk mengatasi masuknya pasien.
Di sisi lain Rumah Sakit Al-Helou, yang terletak di dalam blok yang terkena perintah evakuasi, terus beroperasi namun hanya sebagian. Sementara itu, RS As-Sahaba dan Al-Shifa yang berada di dekat zona evakuasi hingga saat ini masih tetap berfungsi meski statusnya genting mengingat kedekatannya dengan kawasan konflik.
Selain itu, enam titik layanan kesehatan dan dua pusat layanan kesehatan primer berada di zona evakuasi, sehingga semakin membebani infrastruktur layanan kesehatan.
Ghebreyesus memperingatkan bahwa fasilitas medis penting ini dapat dengan cepat menjadi tidak berfungsi karena adanya permusuhan di sekitar fasilitas tersebut atau hambatan akses. WHO menyerukan gencatan senjata untuk memastikan bantuan medis dapat menjangkau mereka yang sangat membutuhkan dan korban luka dapat menerima perawatan yang tepat.